28.Orang Yang Sama

60 1 0
                                    

Kamu itu seperti waktu, berharga namun tak dapat dirasakan. Aku tak sadar berapa banyak waktu yang aku sia-siakan, aku hanya duduk manis dan merenungkan tentangmu yang hanya membuat hatiku seperti tersayat silet yang tajam, sakit namun tidak terlihat. Setiap detik, menit berlalu, aku melewatkan semua tentang diriku dan hanya tentang dirimu yang tak pernah hilang sedetikpun dalam pikiranku. Karena memikirkanmu adalah suatu hal yang menyenangkan. -𝒜𝓇𝓀𝒶 𝒜𝓁.

"Lo mau makan apa?"

Sekarang Arka ada di rumah Arlan yang luas dan sangat besar namun sayangnya rumah ini sepi karena hanya laki-laki itu yang tinggal sendiri disini.

"Gue udah makan tadi"

"Bokap sama nyokap lo mana?" Ucap Arka seraya duduk di sofa milik Arlan.

"Biasa, lagi meluncur ke udara" Arlan sedikit mengeraskan suaranya karena ia berada di dapur untuk mengambil minuman dan Arka di ruang tv.

Laki-laki itu berjalan menghampiri Arka yang mengutak atik handphone. "Nih minum" Arlan memberikan minuman nya "Lo kalo mau nginep lama lama juga gapapa, aman"

"Gue nggak bisa balik ke rumah sekarang, dia pasti nungguin gue dan marah besar makanya gue pergi" Arka memulai pembicaraan soal tadi.

"Dzai bokap lo?" Arka mengangkat satu alis nya. "Kali ini soal apa?"

Arka menghela nafas "Gue di suruh tunangan dan nikah sama Ellina karena bisnis perusahaan bokap gue bekerja sama dengan ayah nya Ellina"

"Nikah sama Ellina? Berarti tadi lo ikut makan malam sama dia buat bahas ini, tapi gue udah tahu jawaban lo"

Arka meneguk minuman nya. "Dia nggak punya hak buat nentuin hidup gue kemana dan sama siapa"

"Gue tahu tapi bokap lo bukan tipe orang yang nerima pendapat yang bertentangan sama pemikiran nya"

"Haha dan parah nya lagi gue punya darah yang sama kaya dia, sialan"

Tidak bisa di hindari bahwa tubuhnya mengaliri darah yang sama dengan laki-laki itu. Mau bagaimana pun Arka tetaplah darah daging Dzai, si pebisnis yang sangat keras, itulah faktanya.

☆☆☆☆

Arka tiba-tiba terbangun dari tidurnya kemudian mengecek handphone karena dari tadi malam sudah banyak notifikasi pesan yang masuk. Untung saja hari ini adalah hari minggu jadi Arka tidak perlu pulang dan mengambil seragam nya. Disisi lain, Arlan masih tertidur di sofa yang berseberangan dengan sofa Arka.

Arlan masih terbalut dalam selimut berwarna grey milik nya karena tadi malam itu benar-benar dingin sekali. Ia sudah menawarkan Arka untuk tidur di kamar karena rumah nya punya banyak kamar namun laki-laki itu memilih tidur di atas sofa panjang.

Arka melihat jam besar di dinding yang menunjukkan pukul 06.15. Jemari nya bergerak di atas papan keyboard untuk membalas pesan dari Adara yang menanyakan kabarnya. Adara bertanya dimana ia sekarang karena Arka mengirimkan sebuah foto dirinya yang berbalut selimut.

Arka bilang kalau sekarang ia ada di rumah Arlan dan meyakinkan gadis itu bahwa ia baik-baik saja. Arka melirik Arlan yang mengganti posisi tidur nya. Ia mengirimkan pesan pada Adara untuk menyiapkan diri agar nanti jam 10.00 pagi ia pergi menjemput nya di rumah karena mereka berdua akan pergi ke suatu tempat.

Sudah berbalik kesana kesini akhirnya Arlan mulai terbangun. Ia melirik Arka namun laki-laki itu sudah tak ada di tempat hanya ada handphone nya saja dan entah kemana ia pergi tapi di sela sela itu Arlan mendengar suara dari dapur ia pun bangun dan langsung mengecek handphone.

Tidak lama kemudian Arka kembali dan merapihkan selimut nya karena ia akan kembali ke rumah. "Lo mau balik?" Arlan mengusap wajah nya.

"Iya. Gue ada janji sama Adara, jadi habis ini gue balik ke rumah karena kayanya bokap gue ada jadwal pagi"

ARKA MAVENDRA (SELESAI)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang