11.The Planning

42 2 0
                                    


Setelah dewasa, satu satunya kemewahan kita adalah waktu, waktu di masa kamu dulu tertawa bahagia di antara temu dan aku yang sibuk menerka apakah hatimu masih ada aku?

Beberapa hari sudah berlalu kini sudah tiba waktunya sekolah mengirimkan beberapa siswa nya untuk mengikuti turnamen antar sekolah. Ngomong ngomong sejak Arka mengatakan isi hati nya, mulai dari hari itu Arka tidak lagi bertemu dengan Adara, gadis itu menghindari diri nya di setiap saat. Arka sudah berusaha untuk menemui Adara bahkan mencari nya keliling sekolah tetapi tetap saja tidak menemukan gadis itu. Mungkin Adara tidak ingin Arka masuk di kehidupan nya itulah sebabnya ia selalu menghindar dari pencarian Arka.

Arka membiarkan Adara menjauhi dirinya mungkin lebih baik seperti itu. Adara juga membutuhkan waktu untuk berfikir jadi ia tidak bisa memaksa. Hari demi hari berlalu begitu cepat sampai akhirnya Arka akan pergi untuk 3 hari karena pertandingan di adakan sampai tiga hari dan itu cukup membuat Arka semakin jauh dari Adara.

"Lo nggak apa-apa kan?" Arlan menepuk pundak Arka yang sedang duduk alasan Arlan menepuk pundak Arka karena laki-laki itu tampaknya tidak bersemangat dan sedikit melamun. Arlan kemudian duduk di samping Arka.

Arka menghela nafas pelan ia tersadar akan kehadiran Arlan yang sudah duduk di samping nya.

"Gue ngga kenapa-napa" Arka menjawab sekadar nya saja. Jawaban nya hanya di tanggapi dengan anggukan kepala dari Arlan disertai senyuman.

"Yakin? Gue perhatiin dari kemarin kemarin lo diem terus, apa karena Ellina?" Arlan mengajukan pertanyaan yang memang ingin ia tanyakan karena waktu itu Arka dan Ellina bertemu di toilet yang sama. Mungkin terjadi sesuatu di antara mereka berdua.

Arka menunduk menatap sepatu yang ia kenakan untuk tanding hari ini. Rasa nya aneh kenapa Arlan malah menyebut nama Ellina dalam pembicaraan mereka. Arka mengangkat kepala nya ke atas sebentar lalu menatap Arlan.

"Ellina? Gue nggak ada urusan apapun sama dia" Arka menjawab lagi pertanyaan Arlan. Kenapa tiba-tiba Arlan menanyakan gadis itu?

"Ohh oke, gue fikir lo ada masalah sama Ellina tapi baguslah kalau emang nggak ada" Arlan. Mendengar itu Arka kembali menatap aneh pada teman masa kecil nya ini.

"Gue nggak pernah berurusan sama Ellina, tapi kalau lo mau ambil aja dia sekalian bawa pulang ke rumah lo" Arka menepuk pundak Arlan. Sontak Arlan berdecih dan menggeleng kan kepala nya pelan.

"Nggak lah apaan yang ada ntar gue kena masalah. Udah paling bener solo" Arka malah tertawa mendengar ucapan Arlan. Memang benar kalau Arlan definisi tidak mau ribet. Arlan ingin bebas dari ikatan ikatan seperti cinta. Hidup nya hanya di penuhi uang, motor, teman, dan rumah. Jika Arka saja tidak bisa di mengerti maka Arlan jauh lebih tidak bisa di mengerti daripada Arka.

"Solo apa solo?" Arka kemudian tertawa lagi. Wajah Arlan justru tampak tidak enak dilihat, ekspresi nya sulit di artikan.

"Nggak usah liatin gue kaya gitu, jijik" Arlan berdiri kemudian mengulurkan satu tangan nya untuk membantu Arka berdiri. Laki-laki itu pun menyambut uluran tangan Arlan.

"Hahaha iyain" Arka akhirnya berhenti memberikan tatapan aneh nya. Mereka melihat Daniel dan Jeano yang sedang berbincang dengan tim mereka, ada juga kepala sekolah, wakil nya dan beberapa guru juga ada disana.

Arlan berjalan menghampiri Daniel dan Jeano. Sementara Arka masih berdiri, ia mengedarkan pandangan nya mencoba mencari keberadaan Adara tetapi tidak lama kemudian kepala sekolah memanggil Arka, menyuruh nya untuk menghampiri dirinya dan yang lain.

Mungkin memang sudah seharusnya Arka tidak di izinkan lagi untuk bertemu dengan Adara walaupun hanya sebentar saja. Arka kemudian berjalan menghampiri kepala sekolah.

ARKA MAVENDRA (SELESAI)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang