22.Masalah

28 1 0
                                    

Sepulang mengantarkan Adara tadi sore, Arka langsung kembali ke rumah nya karena memang ia sangat butuh ketenangan dan mengistirahatkan tubuh. Sepanjang perjalanan banyak cerita yang mereka bagi satu sama lain baik hal serius maupun lelucon. Arka merasa sangat bahagia bersama Adara bahkan rasa bahagia itu sudah ada sejak mereka bertemu untuk setiap kali nya.

Arka masih mengingat tawa gadis itu ketika mendengarkan lelucon yang ia karang dan berhasil membuat Adara tertawa. Gadis itu benar-benar membuat nya jatuh cinta dengan begitu cepat. Arka berharap dalam setiap detik ia akan terus mencintai Adara sampai sepanjang hidup nya bahkan sampai ia sendiri tak tahu sebanyak apa cinta yang diberikan pada gadis nya itu, untuk selamanya.

Suara motor yang khas milik Arka memasuki garasi, dilihatnya lampu teras sudah menyala lebih dulu padahal biasanya ketika ia pulang barulah lampu itu menyala menerangi rumah. Arka sudah tahu siapa yang menyalakan lampu itu dan artinya sudah ada orang di dalam rumah nya. Hanya sang Ayah dan dirinya saja yang memiliki kunci  berarti laki-laki itu sudah pulang lagi.

Ia menghela nafas kemudian turun dari motor lalu memasuki rumah. Tak ada yang berbeda sama sekali karena ia tak melihat keberadaan Ayah nya di ruang tv maupun di ruang tamu. Arka tetap berjalan namun langkah nya terhenti begitu mendengar suara dari lantai atas.

"Berhenti disana!" Suara itu berasal dari lantai atas dimana laki-laki paruh baya sudah berdiri menatap Arka.

Arka berdiri di tempat nya, ia juga menatap sang Ayah yang berjalan menuruni anak tangga satu persatu. Melihat nya saja sudah membuat mood Arka menjadi buruk sekarang. Apalagi yang diinginkan oleh laki-laki ini?

"Dari mana saja kamu?" Tanya Dzai dingin dengan ekspresi datar. Arka membuang pandangan nya malas.

"Aku dari sekolah" Jawab Arka.

"Apa kamu mengikuti semua pelajaran nya? Tatap saya dan bicara!" Sang Ayah mulai menaikkan nada bicara nya. Arka diam ia bingung harus mengatakan apa kali ini karena kalau jujur ia tadi tidak mengikuti pelajaran dan memilih menemani Adara tapi kalau ia bohong maka hasilnya akan berbeda lagi.

"Apa yang kamu lakukan pada Ellina?"

Arka sudah menduga kalau hal ini akan terjadi karena si gadis manja itu pasti mengadu, jadi ia tak perlu terkejut dengan pertanyaan dari sang Ayah.

"Aku nggak melakukan apapun pada Ellina" Ucap Arka tenang. Tapi Dzai tidak mudah percaya apalagi ia memiliki bukti kuat untuk sang anak.

"Jangan bohong kamu! Direktur Alex tadi menelepon dan mengatakan kalau kamu menyakiti Ellina di sekolah sampai tangan nya terluka"

"Apa kamu sudah gila sampai berani melukai putri nya.. apa kamu lupa kalau  perusahaan kita masih bekerja sama dengan Direktur Alex? Apa mau kamu sebenarnya hah?" Dzai sudah tak bisa menahan amarah nya yang mulai naik. Ia terus membentak putra nya.

"Sejak kapan Papa peduli dengan kemauan ku? Bahkan sampai sekarang Papa hanya peduli sama kekayaan dan perusahaan kan?"

Dzai terdiam mendengar ucapan Arka. "Ellina memang pantas mendapatkan itu karena anak manja kaya dia cuma bisa jadi beban"

"Diam kamu!"

"Kenapa? Itu benar kan? Papa takut kalau Ayah Ellina berhenti menyalurkan saham nya di perusahaan karena Papa nggak bisa berdiri sendiri tanpa.."

PLAKKK

Satu tamparan keras mendarat tepat di pipi kiri Arka sebelum ia sempat melanjutkan ucapan nya. Rasanya sangat perih karena sang Ayah menampar pipi nya begitu kuat tanpa perasaan. Arka mencoba menahan emosi nya serta memberanikan diri ketika menatap Dzai, nafas laki-laki itu memburu.

ARKA MAVENDRA (SELESAI)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang