"Setiap detik dalam menunggu, ada harap untuk selalu mendapatkan kepastian."
— Porschay Pichaya Kittisawat•••
Porschay sibuk menjahit sebuah pakaian untuk dirinya kenakan. Semua keterampilan ini dia ambil dari rumah sakit jiwa dimana dirinya pernah tinggal. Bahkan lingerie milik Porschay memperlihatkan dadanya yang menonjol dan bengkak karena nipple clamp.
Anehnya lagi. Porschay juga sudah pandai merokok. Hidupnya yang menjadi seorang janda muda membuatnya bebas.
Pria cantik itu pun segera mematikan rokoknya pada asbak. Setelah itu merapikan meja jahitnya. Kaki jenjangnya pun berjalan menaiki tangga untuk menuju kearah kamarnya.
Disana Porschay sibuk berdiri di cermin dan melepaskan lingerienya. Iris matanya pun melihat kearah putingnya yang terlihat bengkak dan berwarna pink alami. Kemudian, kemaluannya yang memiliki bulu tipis yang manis. Kali ini Porschay ingin mencukur bulu itu agar merasa lebih polos.
Hingga akhirnya dia pun ingat sesuatu. Bahkan tubuhnya dengan keadaan telanjang pun berjalan kearah dapur untuk menganti air rendaman iga sapi miliknya. Jemarinya pun tidak sengaja menjatuhkan sebuah sendok. Porschay segera menunduk dan pantat semoknya terlihat jelas.
Kali ini Porschay juga tidak menyadari bila Macau datang berkunjung. Bahkan pria itu sudah mendapati kunci salinan rumah milik Porschay.
"Kenapa tidak memakai baju hangat di malam hari?" Ucap Macau sambil memakaikan sebuah mantel hangat untuk Porschay. "Diluar sangat dingin. Malam ini aku ingin bermalam disini."
"Phi Macau." Porschay pun memeluk tubuh prianya sambil menangis.
"Aku bertanya sekali lagi kenapa kau tidak memakai bajumu, bagaimana bila ada orang asing melihatmu telanjang seperti ini?" Tanya Macau pada Porschay.
"Itu semua karena aku..." Lidah Porschay terasa keluh.
Hingga akhirnya Macau pun berbisik. "Atau kau ingin aku memperkosamu disini?"
"T-tidak!" Porschay sedikit memundurkan tubuhnya. "Lalu kenapa tadi siang meninggalkanku?"
"Melakukan sesuatu yang seharusnya aku lakukan. Aku juga baru saja mendengar keributan di depan rumahmu." Ucap Macau pada pria cantik di hadapannya itu.
Porschay hanya terdiam dan mencengkram kemeja corak abu-abu milik Macau. Parahnya lagi Macau meraih leher Porschay dan menyesapnya. Lidah keduanya pun membelit dengan begitu indah.
"Mmph..!! Ngh..!" Desah Porschay sambil menutup matanya.
Macau yang melihat pemandangan itu hanya bersmirk. "Pfft.." Pria tampan itu pun mengambil sebuah piring dan menaruhnya di atas pantry. "Kenapa.. sekarang tidak mau bercerita lagi denganku? Maka, bila tidak mau kau harus membuat hidangan yang lezat."
KAMU SEDANG MEMBACA
05. WHY Seasons 5 | Love Literature of Rain [END]
Fanfiction[WHY Seasons 5 "Love Literature of Rain"] "Aku tidak membencimu, tapi lebih baik jika aku tidak lagi tahu tentangmu."