Chapter 35

360 34 36
                                    

"Aku tidak bisa memberi tahu siapa pun bagaimana perasaanku saat pertama kali kita bertemu karena aku tidak percaya kamu ada begitu saja…"— Tibet Hirunkit Changkham

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Aku tidak bisa memberi tahu siapa pun bagaimana perasaanku saat pertama kali kita bertemu karena aku tidak percaya kamu ada begitu saja…"
— Tibet Hirunkit Changkham







•••








Di jam makan siang, semua siswa dan siswi sibuk berbondong-bondong menuju kearah kantin sekolah. Bahkan mereka disana antri untuk mendapatkan daging pork asam manis.

Paris selalu berada di belakang tubuh Tibet dan semua orang menjaga jarak.

Semua orang malas berurusan dengan Tibet, hal itu membuat para siswa memilih menghindar, di karenakan Tibet seorang psikopat gila.

"Nanti kita duduk di sana sambil melihat pemandang di dekat jendela?"

Pria cantik itu pun merekomendasikan tempat duduk di dekat jendela, Paris hanya mengangguk dan berjalan ketika antrian makannya mulai mendekat. Setelah mengambil antrian makan siang. Keduanya pun mendudukan diri di meja dekat jendela kantin.

"Tibet, tidak berdoa dulu?" Tanya Paris lembut.

Pria cantik itu pun segera mengeluarkan kembali sendokan nasinya. Lalu dia berdoa sama halnya dengan Paris yang selalu menjadi kebiasaannya. Setelah selesai berdoa mereka berdua menikmati makan siang dengan tenang.

Paris memberikan sebuah jamur shitake ke atas nampan makanan milik Tibet. Hingga akhirnya pria cantik itu mengantikan jamur shitake itu dengan daging pork ke atas nampan milil Paris.

"Astaga. Kamu harus makan sayuran agar sehat." Ucap Tibet pada Paris yang duduk di hadapannya.

"Hmm... iya."

Kemudian, Tibet menikmati mie kuah, dia terlihat senang. "Cobalah makan mie kuahnya, kaldunya sangat nikmat dengan daging sapi yang melimpah."

Paris yang polos pun segera menyumpit daun ketumbar. Bocah itu menikmatinya dengan begitu hati-hati. Bahkan lucunya Paris menikmati daun selada seperti seekor kelinci.

"Rasanya seperti daun." Ucap Paris dengan begitu polos.

"Jangan makan daun seladanya, coba kamu nikmati kaldu dan mienya dengan bersamaan." Jelas Tibet pada Paris yang begitu polos.

"Baiklah."

"Di dalam kuah mie ini terdapat beberapa langkah rasa yang menarik? Langkah pertama asam. Langkah kedua manis. Langkah ketiga pedas. Ya!" Tibet mulai aktif di hadapan Paris yang sedang merasapi rasa.

Paris hanya terdiam dan menikmati daging pork dengan hati-hati. Bahkan Tibet sudah menghabiskan separuh makanannya. Memang pada dasarnya Paris sangat lambat ketika menikmati makanan.

Sejak kecil dia hanya tahu bola-bola nasi buatan Nang Minor. Hal itu membuat Paris sulit beradaptasi. Dia terlalu bingung untuk menikmati makanan yang baru.

05. WHY Seasons 5 | Love Literature of Rain [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang