20

758 76 5
                                    

Salma melihat jam dinding didepannya berkali-kali. Berharap waktu cepat berlalu dan malam tiba dengan cepat. Supaya ia bisa secepatnya pulang kerumahnya, meninggalkan toko yang menuntutnya untuk selalu berpapasan dengan seseorang yang saat ini tidak ingin dia temui.

"Sal. Cek leaf retailmu Sal" pinta Ranty sembari mengecek aplikasi leaf retail miliknya.

"Kenapa kak? ngecek penjualan? aku 23" jawab Salma langsung.

"O okey" ucap Ranty tanpa menoleh karena sedang memasukkan id dan kata sandi miliknya untuk masuk ke aplikasi tersebut.

"Target kita berapa Sal?" tanya Ranty melihat ke Salma.

"Masing-masing 35 kak" jawab Salma.

"Kalo penilaian bulan ini Sal?" tanya Ranty lagi.

"Titik aman 25 unit, cair isentife 30 unit, capai target masing-masing tambahan Rp 300.000" jawab Salma.

"Pencapaian kita Sal?" tanya Ranty.

"Aku 23, Kaka 23 juga kan?" tanya Salma memastikan.

"Iya Sal" jawab Ranty.

"Rony 24. 3 hari lagi tutup buku" jelas Salma.

"Nggak mungkin dapet lagilah kan Sal? kita anjlok banget" ucap Ranty lesu.

"Penjualan kita ngga anjlok. Total penjualan toko bulan ini bahkan lebih baik dari bulan lalu. Sekarang penjualan udah 70 unit, masih sisa 3 hari lagi. Bulan lalu dihari tutup buku, baru pas 70 unit. Bedanya, bulan ini penjualannya dibagi 3" jelas Salma yang selalu memperhatikan grafik penjualan setiap bulannya.

"Oo iya yah. Harusnya kalo kita berdua, udah masing-masing 35. Ini karena dibagi 3, titik aman aja jadi susah. Yang harusnya udah dapet bonus, malah dapat potongan" ucap Ranty baru sadar.

"Yang beruntung Rony disini itu kak Ati sama bang Rio. Mereka bebas mau kemana aja. Ada yang jaga laci, ada yang service hp" ucap Salma yang paham permainan ownernya.

"Kurang ajar memang itu orang. Dia yang dibantu, kita yang mikirin gajinya. Si Rony stay dietalase ini aja jarang. Jangankan menjelaskan atau ngerebut dari brand lain, settingin handphone setelah jadi pun jarang. Tiap hari dia duduk dibalik meja kasir sama servis doang. Malam baru dia datang scan penjualan. Mana kau banyakin lagi sama dia Sal" cerocos Ranty emosi.

"Cuma beda 1 kak Ran. Kaka dibanyakin nggak mau" jawab Salma.

"Mauku kau yang dibanyakin. Kau yang lebih banyak ngejualnya" ucap Ranty marah-marah ke Salma.

"Ngga mungkin aku kubanyakin. Aku disuruh bang Rio membagi, nanti dia mikirnya apa?"

"Itu anak juga, dikasi ngga ada nolak-nolaknya. Ngga tau mulut orang sampe berbusa ngerayu pembeli biar jadi. Harusnya sadar dirilah ah!" Ranty benar-benar emosi.

Salma hanya diam.

"Biar ajalah kita nggak capai target Sal. Biar kena rotasi aja kita ketoko lain bulan depan. Udah muak banget aku disini" ide Ranty.

"Sama aja itu kak Ran. Lebih capek lagi ketemu orang-orang baru. Pelajarin sifat-sifatnya lagi. Menyesuaikan diri lagi kelingkungannya, tempatnya, orang-orangnya" ucap Salma.

"Daripada disini. Jadi kayu bakar api neraka aku gara-gara ghibahin dia mulu" ucap Ranty dengan emosinya.

"Hahaha" tawa ringan Salma.

______

Rio turun dari lantai 2.

"Penjualan kalian udah gimana Sal?" tanya Rio ke Salma yang lewat dari samping meja kasir sehabis dari dapur, mengambil air minum.

Phone Promoter Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang