7

980 73 0
                                    

"Rony mana?" tanya Ati saat memasukkan kabel cas ke port usb handphonenya yang lowbat karena ia pakai berjam-jam scroll watch Facebook.

"Belom turun kayaknya kak" jawab Manda

"Dari sholat ashar tadi? belum turun-turun juga? Ini udah jam 6 loh. Dua jam dia sholat ashar?" amuk Ati dengan menegaskan tiap kata yang ia ucapkan.

"Kecapean mungkin kak. Belum terbiasa" refleks, bela Salma.

"Iyya mungkin" ucap Ati santai mengangguk-anggukkan kepalanya.

"Tumben" batin Syifa

Salma dan yang lainnya menatap Ati seketika, mereka heran dengan sikap Ati. Biasanya, kalau ia sudah marah, ia tidak akan langsung diam kalau belum mengeluarkan semua unek-unek nya ke semua orang disekitarnya, paling minim setidaknya setengah jam.

"Belum terbiasa memang! karena Dirumahnya juga dia ngga ada kerjaan kan! Yang ngerjain kerjaan rumah, semmmua mamaknya! Kalo aku, anak kayak gitu, udah abis itu kurepeti!" gas Ati lagi tiba-tiba, sambil berkacak pinggang.

"Aih, kirain tadi udah aman" bisik Hanggi

"Biasalah kak anak cowok" ucap Salma menenangkan emosi bosnya.

"Kau tengok itu si Rey! Dia libur, itu cuci baju! Baju kami semua dia yang cuci!" ucap Ati masih dengan nada marah.

Orang luar yang melihat, mungkin berfikir Salma yang dimarahi. Karena Ati melampiaskan semua emosinya ke Salma.

"Ada yaa orang kek gitu. Orang belain ponakannya, malah dia buruk-burukin, perkara istirahat sebentar doang. Marah-marah pula dia ke kak Salma, padahal kak Salma cuma berusaha nenangin dia" cibir Manda, masih setengah berbisik ke Hanggi dan Syifa dibarisan etalase mereka.

Salma yang berada dietalase opponya sendirian, tidak menjawab. Dia hanya menatap, sekedar menghargai lawan bicaranya.

"Kemarin juga, aku tawarin dia jadi promotor biar dia berduit. Kau tau apa jawab dia Sal?"

Belum sempat Salma menjawab,

"Engga usyah dulu Tannn" lanjut Ati dengan memajukan bibir bawahnya dan menggerakkannya kekiri-kekanan, mengejek Rony.

Ia membuat lelucon untuk mencairkan suasana. Ia sadar ekspresi Wajah Salma sudah datar dan dingin.

"Jangan sampailah anak itu denger" batin Salma menatap tajam ke arah Ati.

"Harusnya kan udah ada tambahan modal, buat dia nanti buka toko ditempat mereka" lanjut Ati lagi, masih kesal.

"Satu lagi. Dia itu minim attitude. Kemarin, pas aku suruh dia bantuin kau sal. Dia cuman jawab Iya" ucap Ati kearah Salma

"Iya doang. Ngga bertutur" kali ini Ati mengarahkan pandangannya ke barisan Hanggi, Syifa dan Manda, karena ia merasa Salma tidak cocok dengan arah pembicaraan ini. Ati mengalihkan pandangannya ke barisan Hanggi, Syifa dan Manda untuk meminta persetujuan mereka atas sakit hati yang ia rasakan karena perlakuan keponakannya.

"Namanya juga bocah" batin Salma

"Terus, langsung kutelpon itu mamaknya. Kau ajari dulu anakmu itu, kubilang sama kakakku, mamak si Rony" lanjut Ati masih mengarahkan pandangannya ke barisan Hanggi, Syifa dan Manda. Mereka bertiga terlihat menyimak dengan baik.

"Aku juga sih kak, nyetor uang accesories ke bang Rony, kujelaskan panjang lebar, ngga dijawab sama sekali kak. Ngga ada ekspresinya, mukaknya da-tarrr aja. Kayak, ngga ada orang yang lagi bicara sama dia" jelas Manda yang kali ini ikut setuju dengan ucapan Ati. Karena ternyata ia juga merasakan hal yang sama.

Phone Promoter Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang