26

1.1K 97 1
                                    

Salma's POV

"Cerah bet lu ngit. Ngga kayak hati gue, mendung" ucap Salma tersenyum memandang langit yang cukup cerah, sembari berjalan santai menunggu Beca lewat.

Setelah melewati beberapa rumah dari simpang gang rumahnya, akhirnya sebuah beca datang dari belakang, berhenti tepat disamping Salma.

"Ayok nak" ajak situkang Beca tersebut.

Salma tersenyum, lalu naik ke bak Beca itu.

Ditengah jalan, tukang beca itu bertanya kepada Salma,

"Ke Dwijan ya nak?" duga situkang beca yang terlihat sudah berusia paruh baya.

"Oiya, belum kubilang ya pak. Iya pak ke Dwijan" jawab Salma tersenyum.

Salma tidak heran, ketika tukang Beca mengetahui tujuannya. Karena memang sudah cukup banyak tukang Beca yang mengenali Salma. Ia sudah sejak kecil menggunakan alat transportasi umum tersebut.

"Cukup lama juga kamu disitu ya nak? Kayaknya sama lamanya waktu dipermata yah? disana juga dulu, ada satu setengah tahun kan?" tanya bapak tukang Beca tersebut.

"Hihi iyah. Kok bapak tau?" tanya balik Salma, heran.

"Saya Beca langganan kamu dari kamu SMA. Cuman ngga setiap hari. Saya sudah lama memperhatikan kamu. Dari kamu kerja ditoko pecah belah waktu SMA. Setelah SMA kamu kerja ditoko baju. Terus dipermata ponsel, Utami, Nabila, sampe di Dwijan inih" tutur tukang beca itu. Salma tersenyum mendengar cerita bapak itu.

Ia sama sekali tidak takut. Karena, ia juga sebenarnya mengenali bapak itu. Tukang beca itu adalah orangtua dari teman sekelasnya yang bernama Lingga, yang cukup populer disekolah mereka. Salma sebenarnya menyadari kalau ia sudah sering menaiki Beca ini, walaupun ngga teratur setiap hari. Terkadang hanya sebulan sekali ia naiki.

Bukan sombong. Ia tidak melakukan perkenalan sebagai teman sekelas anak si bapak ini, karena bapak ini pasti akan bilang ke Lingga. Dan takutnya Lingga tidak suka. Bukan apa-apa, Lingga pergaulannya anak-anak orang kaya. Ia takut Lingga diolok-olok gengnya. Dan pernah suatu ketika Salma melihat Lingga turun, hanya sampai simpang SMA. Ia sebenarnya kasihan kepada bapak ini, yang diperlakukan seperti itu oleh anaknya. Dia juga iri kepada Lingga yang masih mempunyai bapak, sedang Orangtua laki-laki Salma sudah meninggal saat ia kelas 4 SD.

"Oo iya pak" jawab Salma tersenyum.

__________

Pukul 07.45 Salma sampai ketoko.

Ia langsung berlalu kedapur untuk mengambil Cling dan kain lap.

Steling obat Ati, steling Charger dan steling speaker lebih dulu dilap oleh Salma. Agar saat Rony turun nanti, ia tidak berpapasan atau berduaan diarea tersebut dengan Rony.

Setengah jam kemudian, Rony turun.
Ia melihat ke arah Salma yang duduk
menghadap jalan, membelakangi dirinya.

"Baru juga jam 8.15 udah kelar aja ngelapnya. Ketara banget ngindarin gue" batin Rony mengingat semalam Salma menyuruh Ranty yang menyetor penjualan ke Rony.

Rony lalu mengelap steling service dan meja kasir bagiannya.

Hanya Rony yang membersihkan keduanya.

Salma tidak menyentuh meja kasir karena disana sering tergeletak uang yang nominalnya cukup besar. Sedang meja service, Salma takut ada alat-alat service yang tidak ia sadari nantinya akan hilang.

Setelah selesai, Rony kedapur untuk sarapan pagi.

Didapur Rony berpapasan dengan Ranty yang sedang makan.

Phone Promoter Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang