37

992 37 5
                                    

"Auhhh, siapa sih itu yang mau minum es malam-malam gini. Berisik banget" keluh Ranty bicara-bicara sendiri saat mendengar suara dentuman es batu Kedinding dapur.

"Ron, Salma mana?" tanya Ranty saat menyadari Salma sudah tidak ada disampingnya.

"Kebelakang" jawab Rony tanpa menatap.

"Jangan-jangan dia lagi yang mecahin es batunya" duga Ranty saat melihat keempat temannya yang lain stay dietalase brandnya masing-masing.

Tringgg. Sebuah pesan masuk ke handphone Rony.

Salma :
Aku tunggu diteras lantai 2.

"Ngga bisa dibiarin nih. Dia kan lagi sakit perut, mana boleh dia minum es" ucap Ranty langsung berdiri. Ia berniat ingin menghentikan Salma yang akan meminum es.

"Gu-gue aja" ucap Rony menawarkan diri.

"Ha?" heran Ranty.

"Gue aja yang cegah, biar dia ngga minum es" ucap Rony langsung berdiri dan buru-buru pergi.

Ranty mengira Rony akan pergi kedapur, namun ternyata tidak. Rony berjalan menuju teras lantai 2, tempat Salma mengajaknya bertemu.

"E-e-e-e-eh kok dia malah belok?" heran Ranty.

"Katanya tadi dia aja yang nyegah Salma minum es, tapi kok malah belok naik tangga. Hadeuhhhh, gimana sih si Rony ini" ucap Ranty kesal lalu berdiri dan berjalan menuju dapur.

"Lah, Salmanya mana?" heran Ranty setibanya di dapur tidak melihat siapa -siapa.

"Kak Rannnnnn. Ada yang mau ngisi Saldooooooo" teriak Manda dari depan.

Tidak ada yang stay dietalase Oppo. Sementara Saldo ada dimereka. Untuk itu Manda memanggil Ranty, yang baru terlihat kedapur.

"Iyaaaaa" sahut Ranty buru-buru kembali ketoko.

***

"Duduk sini" tepuk Salma kekursi teras disamping kanannya.

Rony menurut. Ia menutup pintu masuk lantai 2 dari luar. Lalu duduk tepat disamping Salma.

"Perut lo masih sakit?" tanya Rony saat bokongnya hendak mendarat dikursi samping Salma.

"Enggaaa" jawab Salma sembari tersenyum ringan.

Salma tiba-tiba meraih tangan kiri Rony.

Rony cukup terkejut.

"Diem!" ucap Salma menggenggam tangan kiri Rony. Rony menurut, meski jantungnya tiba-tiba bergedup kencang.

Salma meletakkan tangannya dan tangan Rony yang sedang bergengaman diatas pahanya sebagai sandaran. Dengan posisi tangannya berada dibawah dan posisi tangan Rony berada diatas. Hingga menghasilkan punggung tangan Rony yang memar terlihat jelas.

Salma lalu meraih kain yang didalamnya sudah berisi pecahan-pecahan kecil es batu dari atas meja yang berada disamping kirinya. Ia lalu menempelkan kain tersebut keatas punggung tangan Rony yang memar.

"A-a-a-a sakit" ringis Rony.

"Gue kira lo minum es" ucap Rony.

"Nggaklah" bantah Salma langsung.

"Berarti perut loh masih sakit yaa?" tanya Rony.

"Kan udah gue bilang. Engga Ronnnn" jawab Salma.

"Maafin gue ma. Gueee,,," ucap Rony masih gantung. Ia berniat ingin mengakui perbuatannya.

"Udah. Ngga usah dibahas" ucap Salma seolah sudah mengetahui semuanya.

"Lo tahu?" tanya Rony heran.

"Gue udah periksa duluan misopnya pas lo kasih ketangan gue. Gue sampe mau protes ke lo, kok cabenya dikit banget. Tapi lo udah naik kelantai 2. Trus gue tinggalin misopnya dietalase, gue kedapur ngambil mangkok. Eh Pas gue balik, misopnya udah ijo aja, alias banyak cabe. Trus temen gue juga udah ngga ada. Kata kak Ranty dia udah pamit. Trus gue tanya ke kak Ranty, kok gorengan diplastik gue tiba-tiba banyak. Kata kak Ranty, tadi dia tukar sama punya temen gue. Mungkin, disitu misopnya ngga sengaja ketuker" cerita Salma pelan.

Phone Promoter Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang