22

818 74 6
                                    

Salma's POV

"Hai manusia kuat" sapa Salma kedirinya sendiri sembari tersenyum, di depan cermin kecil yang bergantung didinding ruang tengah rumahnya. Ia mencoba menyemangati dirinya yang ingin bekerja kembali.

Deva, adik Salma masih tertidur pulas dikamarnya. Feby, Kaka Salma sedang sibuk mencuci baju dikamar mandi sembari memutar lagu-lagu BTS. Sedang ibunya belum juga pulang dari pasar pagi.

"Ini hanya gerimis kecil dari ribuan badai yang lo hadepin selama ini Sal" tegas Salma kedirinya sendiri. Sembari mengingat-ingat masa lalu, tentang betapa sulitnya ia dulu untuk masuk ke pekerjaan ini.

"Bodoh!. Emang dia siapa? Kenapa lo harus brenti kerja gara-gara dia? " tanyanya ke dirinya sendiri.

"Kalopun lo sekarang resign. Setelah itu lo dapet apa? Apa yang lo dapet dari mengalah untuk pergi dari hidup dia?" ucapnya terus menyadarkan dirinya.

"Nganggur?, membusuk dirumah?, nambah beban mamak?"

"Hei!, pasang logika lo! Sesusah apasih menganggap seseorang tidak ada. Buat seolah-olah dia ngga pernah ada dihidup lo. Lo hindarin sebisa lo"

"Lo bisa!, lo pasti bisa!, lo ngga diijinin buat nyerah sekarang! Adek lo belum kuliah, Ibu lo belom naik haji! kakaklo belum nikah!. Tugas lo masih banyak! Sadar!!!"

"BANGKIT SALMA!!! BANGKIT!!!" ucapnya sambil memperbaiki penampilannya.

Salma mengambil handphone yang ia charger diatas digital tv, memakaikan headsetnya, lalu berjalan ke luar rumah menuju persimpangan gang rumahnya.

"Ka febbbbbb aku berangkatttttttt" pamit Salma.

"Bontot lo diatas kulkassssss" beritahu Feby dengan teriak.

"Iyaaaaa" sahut Salma, masuk kembali mengambil bontot makan siang yang kelupaan.

_______

Salma sampai ke Dwijan Cell pukul 7.30 dengan menaiki kendaraan umum, Beca.

Syifa dan Ranty tersenyum manis menyambut Salma. Hanggi dan Manda masih didapur bergulat dengan masakannya.

"Kurang ajar lo Salma. Gara-gara lo ngga dateng semalam gue jadi ngitung sendirian. Tega bener lo ngebiarin otak gue yang ala kadar ini berfikir keras menghitung rezeki mereka" tunjuk Ranty ke arah meja kasir dikata mereka sambil merepet menggoda Salma.

Salma tersenyum tanpa berkata apapun. Ia kedapur mengambil kain lap. Mengelap satu-persatu steling, dari steling terdekat dengan meja kasir hingga steling paling depan. Ia mendahulukan sekitar meja kasir selagi Rony belum muncul. Sedang Ranty menyapu dan Syifa mengepel.

______

Pukul 08.00 mereka bertiga menyelesaikan piket pagi mereka.

Setelahnya, mereka bertiga duduk dibelakang etalase masing-masing.

Beberapa menit kemudian. Suara pijakan sendal gunung outdoor milik Rony terdengar. Rony sampai ketoko dan langsung menyadari kehadiran Salma.

Batinnya lega. Meski rasa kesal akan apa yang terjadi kemarin lusa masih bertandang dihatinya. Dibalik rasa kesal itu ada terselip rasa rindu yang sama besarnya dengan rasa kesal yang dia rasakan itu.

"Lo udah ngga papa kan Sal?" tanya Ranty memfokuskan pandangannya ke Salma.

"Udahlah gausa dibahas" ucap Salma pura-pura sibuk dengan handphone-nya, tidak mau menatap Ranty agar Ranty berhenti dengan pembahasannya. Salma menduga Ranty akan membahas ulang kejadian kemarin.

"Aku mau jujur Sal" ucap Ranty.

"Apaan?" tanya Salma masih acuh tak acuh.

"Tapi lo janji jangan marah ya Sal" ucap Ranty sangat berhati-hati, ia masih menghadapkan dirinya ke Salma.

"Kenapa?" kali ini Salma mengangkat dagunya yang sebelumnya menatap kebawah bermain handphone, namun sekarang menatap balik Ranty.

"Janji dulu" ucap Ranty.

"Iya iya kenapa?" raut wajah Salma serius. Ia merasa sepertinya ada yang tidak beres.

"Sebenernya, waktu kita scan penjualan kemarin, gue tuker punya Rony ke gue. Punya gue sama lo dan punya lo ke Rony" akui Ranty.

"Aihhhhh" Salma berekspresi seperti habis minum obat pahit.

"Harusnya diskusiin ke gue dulu kak Ran" ucap Salma dengan raut wajah kecewa.

"Kalo gue bilang, lo mana mau. Gue kesel banget pas Manda bilang lo kerjain hpnya semua sendirian, dia malah enak-enakan video Call-an. Tiba malam, dia datang tinggal scan, minta yang paling tinggi. Katanya anak orang kaya, perkara isentife beda limpul aja heboh" ucap Ranty.

"Gue rasa dia marah bukan karena dia ga dapet type tinggii. Tapi karena dia fikir, dia yang kita ketawain. karena Timing nya pas Kaka tuker punya dia ke type rendah, disitu kita yang ketawa-ketawa karena video lucu yang Kaka kasih liat ke aku" duga Salma.

"Dia itu paling gasuka kalo direndahin" ucap Salma.

"Kenapa?, Karena dia anak orang kaya" Ranty balik emosi.

"Engga. Karena dia juga gasuka ngerendahin orang" jelas Salma.

"Jadi gimana sekarang Sal" ucap Ranty.

"Ya mau gimana lagi. Biarin ajalah. Toh kak Ati juga maunya gini. Kasihan juga tu anak dimarahin terus karena akrab sama gue" ucap Salma.

"Kak Ati tuh kenapa sih?, hobi banget buat orang ngebenci dia. Masa anaknya temenan akrab sama kita aja ngga boleh" heran Ranty.

"Kak Ati takut aku deket lebih dari temen sama Rony, dia maunya Rony deket sama Kaka. Dia ngga mau orang jelek kayak aku masuk kekeluarganya. Tampang nomor 1 dikeluarga mereka" ucap Salma dalam hatinya.

"Lagian, ngga mungkin jugaklah kau pacaran sama Rony" ucap Ranty. Salma terheran-heran.

Hampir saja Salma akan mengatakan "Biasa ajalah woy!!!", Ranty tiba-tiba merocos kembali,

"Mana mau kau. Kepedean banget dia. Siapa juga yang mau deket-deket sama kulkas yang pintunya udah di lem setan kata gitu" cerocos Ranty emosi.

"Harusnya, dia obral itu anaknya. Dia sendiri udah ngaku gatahan sama sikap anaknya itu, pake sok sok-an ngasih jarak orang ke anaknya. Ya bersyukurlah orang" lanjut Ranty.

"Hahhahaha" Salma akhirnya tertawa.

Phone Promoter Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang