38

435 23 7
                                    

"Iyah, apasih pentingnya status. Yang pacaran juga kan bisa tiba-tiba putus. Yang penting saling tahu perasaan dan saling ngejaga aja" batin Salma mencoba meyakinkan dirinya tentang hubungannya dengan Rony.

Ia berjalan menuju simpang gang rumahnya untuk menghentikan salah satu Beca, alat transportasi umum yang biasa ia naiki menuju tempat kerjanya.

"Bangggggggg, becaaaaaa" panggil Salma.

"Maaf dekkkk, lagi liburrrrrrrrr" jawab siabang tukang Beca.

"Harusnya kalo libur jangan bawa Beca bangggggg" teriak Salma kesal.

"Adek juga pas libur pasti masih pake hapeeeee" jawab siabang tukang Beca.

Salma terdiam. "Iyayah" fikir Salma sembari menggaruk kepalanya yang tidak gatal.

Tidak bisa dipungkiri. Abang tukang Beca tersebut mengetahui Salma bekerja diponsel.

Sebuah Beca berhenti tepat disamping Salma tanpa Salma panggil.

Tanpa fikir panjang Salma naik.

"Ke-" masih gantung Salma berucap-

"Iya, tau!" ucap situkang Beca langsung mengebut.

Salma terdiam lagi. "Humh" Salma membuang napas panjang.

Salma benar-benar tidak sadar kalau rata-rata tukang Beca dikotanya sudah mengenalnya, walau hanya tau simpang gang rumahnya, tempat kerjanya, dan mengenalnya dengan sebutan gadis konter simpang gang damai, tanpa satupun dari mereka yang mengetahui namanya.

"Adek kenapa setiap pulang kerja ngga pernah naik Beca lagi?" tanya si Abang tukang Beca.

"Ngga papa bang, lagi pengen jalan aja kadang" jawab Salma, padahal dalam fikirannya terbayang bagaimana keadaan ketika ia mendekat ke gerombolan tukang Beca yang berbaris disamping konternya. Kurang lebih 10 Beca terparkir disamping konternya. Yang ketika Salma keluar, semuanya akan menyambutnya dan memanggil-manggilnya seperti fanboy-fanboy para artis. Hal itu membuat ia tidak enak hati, ketika harus memilih salah satu dari mereka dan membuat yang disampingnya kecewa karena berfikir Salma akan berjalan kearahnya.

Hingga pada akhirnya setiap ia keluar dari konter, ia memutuskan untuk langsung menyebrang jalan tanpa melihat kearah barisan tukang Beca yang berbaris disamping konter tempat bekerjanya itu. Dan ketika masih ada yang memanggilnya, ia akan menjawab "Masih mau kepasar dulu bang" ucapnya.

***

Ranty's POV

"Waduh, udah mau jam 8 lagih. Bentar lagi Salma pasti bakalan dateng nih. Mana mereka belom pergi-pergi lagih" batin Ranty panik sambil tidak sadar menggigit bibir bawahnya dan berjalan mondar-mandir sembari menatap kearah Rony yang sedang sibuk mencari sendal.

"Lo taro dimana sih semalam?" tanya Ranty marah-marah.

"Disini" jawab Rony.

"Kalo lo taro disitu, ngga mungkin hilang" ucap Ranty mengamuk.

"Lo kenapa sih?" heran Rony.

"Cepatlah cari, ngga usah banyak nanyak!" ucap Ranty berlari kepintu belakang.

"Aihhh" ucap Ranty sesampainya di sana, ia menemukan sendal Rony tergeletak diluar. Ia mengangkatnya dan buru-buru mengantarnya ke Rony yang berada didepan.

"Nih" beri Ranty melempar sepasang sendal Rony tepat didepan kaki Rony.

"Lo dapat dimana?" tanya Rony.

"Gausah banyak tanyak. Udah Sanah pergi" ucap Ranty.

Rony menatap Ranty dengan dahi mengernyit. "Lo kenapa sih?" heran Rony lalu berjalan kedalam.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Nov 11 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Phone Promoter Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang