Bab 20. Inkarnasi Dewi Pengobatan

2.2K 241 10
                                    

Happy reading...
Jangan lupa tekan tombol vote terimakasih 😉

"Sepertinya kau begitu banyak mendapat kan kasih sayang kakakmu nak." Ucap Raja Santanu.

"Kami para Dewi tidak menghendaki rencana para Dewa, maka dari itu aku dan Dewi Laksmi sahabat mu. Mengutusmu ke dunia ini agar terlahir sebagai putri Dursala." Ucap Dewi Gangga.

Memang benar pilihan mereka membuat Sara memasuki tubuh Putri Dursala, karena putri Dursala adalah penengah dari para Pandawa dan Kurawa, serta adik perempuan kesayangan dari kedua kubu itu.

"Tapi kenapa aku tak ingat kehidupan ku sebagai Dewi Mariamman?" Tanya Sara.

"Karena itu bukan kenangan yang bagus untuk ingat. Tapi cepat atau lambat kau akan menemukan ingatanmu sebagai Dewi Mariamman." Kata Dewi Gangga.

"Amman jangan membenci Basudewa Krishna dan kami yang telah melibatkan mu disini." Lanjutnya lagi.

Gadis itu menggeleng dan tersenyum tulus, sebuah anugerah terindah untuknya karena terlahir sebagai putri Dursala.

Sara dapat bertemu dengan orang tuanya, Kakek Bisma, Tuan Guru, Kak Ris, Karna, Yuyutsu, para Pandawa serta Para Kurawa. Walaupun para Kurawa sering berlaku buruk padanya, tapi di jauh lubuk hati mereka sangat menyayangi satu-satunya adik perempuan yang mereka punya.
Mereka hanya malu dan gengsi menunjukkan kasih sayangnya.

Perlahan semua orang itu telah menempati dan mengisi lubang di hati Sara, mereka telah menjadi seseorang yang berharga untuknya. Sara akan tetap melindungi keluarganya walaupun nyawanya adalah bayarannya, dan walaupun harus melawan arus takdir yang ada.

"Tentu saja tidak" Kata Sara,
"Raja Santanu! Dewi Gangga! Ketahuilah bahkan tanpa kalian berdua meminta sekalipun, aku tetap akan melakukannya."
Mata Shappire itu memancarkan tekad yang tulus, Sara telah bertekad akan menggagalkan rencana para Dewa dalam perang bharatayuda.

"Terimakasih Dewi Mariamman, aku percayakan nasib rakyat Hastinapura padamu." Ucap Raja Santanu.

"Aku juga percaya padamu Amman."
Mereka berdua mempercayakan masa depan manusia dan kerajaan Hastinapura pada penjelmaan Dewi medis di depan mereka.

Lagipula mengapa manusia harus di bantai dengan keji hanya karena sikap mereka? Bukankah dunia ini telah memberikan hukum karma?
Jadi para Dewa tak perlu mengatur strategi kotor pembantaian manusia dengan perang Bharatayuda, apalagi menjadikan Drupadi sebagai pemantik api nya.
.
.
.

Seorang gadis itu mendekati kakeknya yang mondar-mandir di pinggir sungai menunggu cucunya yang tak kunjung kembali.

"Kakekk! KAKEK! Teriak gadis itu, ia merentangkan kedua tangannya sambil berlari heboh ke arah kakeknya.
Bisma sedikit tersentak dan ketakutan melihat tingkah cucunya yang mencurigakan.

Sara menubruk Resi Bisma dan memeluk erat kakeknya yang telah renta itu, Bisma hampir dibuat terjungkal olehnya. Bisma kaget akan tingkah cucunya yang tak menunjukkan wibawa seorang putri dari kerajaan besar.

"Dursala kau harus menjaga kehormatan mu jangan sampai mempermalukan dirimu! Apalagi sekarang usiamu sudah mulai dewasa." Nasehat Resi Bisma.

"Tenang saja kakekku sayang, urat malu ku ini telah putus. Jadi jangan khawatirkan itu." Jawab Sara tanpa dosa.

Bisma menatap tak percaya pada cucu perempuannya,
"Apa?! Coba kau ulangi! Apakah isi kepalamu dipenuhi oleh air." Timpal Resi Bisma.

"Mana mungkin!" Jawab Sara tak terima.

"Sudahlah ayo segera kembali ke istana, aku akan menyuruh Kunti dan Gandari untuk mengajarimu tata krama seorang putri." Balas Bisma.

Sebenarnya Bisma selalu penasaran akan cucunya itu. Cucu perempuannya itu memiliki aura yang indah, kecantikan yang melebihi manusia, serta kemampuannya yang bagaikan kekuatan Dewa. Seolah-olah Sara adalah seorang penjelmaan Dewi yang Agung, tapi Dewi yang mana?
Tapi kadang gadis ini selalu menutupi nya dengan tingkah konyolnya, hingga Bisma perlu berpikir dua kali bahwa cucunya itu inkarnasi seorang Dewi.

Second Life SARATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang