Bab 43. Kehancuran

1.9K 218 36
                                    

Happy reading

.
.
.
.
.

Hari kesebelas.
Karena pihak Kurawa telah kehilangan Bisma sebagai panglima perangnya, maka mereka menunjuk Drona sebagai penggantinya.

Raja Angga Karna pun mulai ikut dibarisan Kurawa setelah kepergian Resi Bisma. Sebelumnya Bisma menolak Karna berperang dibarisannya karena Karna berasal dari kasta Suta tak sederajat dengannya, Karna tersinggung. Dia pun bersumpah tidak sudi berada dibarisan Kurawa bila Bisma masih menjadi panglimanya.

Karna salah paham maksud Bisma, padahal Bisma bermaksud baik agar Karna tak berperang melawan saudaranya, dan tak pula merasakan kematian. Tapi kesalahpahaman itu berakhir setelah kematian Bisma.

Guru Drona berencana ingin menangkap Yudistira, tapi hal itu gagal, karena pertahanan pasukan Pandawa yang dipimpin Arjuna.

Pertempuran hari ke dua belas.
Guru Drona berencana ingin menghancurkan pertahanan Arjuna melalui serangan gabungan dari Raja Bagadata, tapi serangan itu berhasil dikalahkan Arjuna. Akhirnya pertempuran itu dimenangkan Pandawa melalui tangan Arjuna.

Pertempuran hari ke tiga belas.
Menyadari bahwa kemenangan perang berada di tangan Arjuna, serta segala keberuntungan dan restu dewa berada pada pemeran utama alias sang putra Indra itu membuat Duryudana memfokuskan titik pasukannya kepada Arjuna.

Guru Drona menggunakan formasi cakrabyuha, dan strategi ini berhasil melumpuhkan pasukan Pandawa, banyak ksatria-ksatria hebat Pandawa gugur ditangan Drona, Jayadrata, dan Karna. Kurawa pun memperoleh kemenangannya.

Pertempuran hari ke empat belas.
Jayadrata berhasil dibunuh Arjuna,
dan Bima melancarkan serangan di udara menyebabkan banyak pasukan dan ksatria Kurawa tewas, keadaan ini membuat Karna harus menggunakan senjata Indrastra untuk menghentikannya. Dan peperangan dimenangkan oleh Pandawa.

***

Pertempuran hari ke lima belas

Dursala menatap ke segala arah medan perang, dia tak menggunakan baju perang hanya pakaian hitam yang dibentuk sedemikian rupa agar tak menyulitkannya bergerak, rambutnya pun telah dipotong hingga sebahu.

Gadis itu menatap kelima kakaknya dari pihak Pandawa di kejauhan, beginikah akhir dari persaudaraan dan kasih sayang yang mereka jalin sejak kecil.
Mereka yang sejak kecil saling menjaga dan bermain bersama kini saling berhadapan sebagai musuh.

Ketika di medan perang para Pandawa menghindari Sara dan berusaha tak berhadapan dengannya, begitupun dengan Sara yang menghindari mereka, setiap kali Sara ingin melesakkan panahnya pada mereka, bayangan kebersamaan mereka selalu terlintas, hingga ia tak tega melukai mereka barang sedikitpun. Rupanya ia masih menyayangi mereka, mereka masih memiliki tempat dihatinya.

Sara melakukan segalanya untuk mereka, semua ia berikan pada Pandawa. Waktunya, cintanya, hartanya, bahkan keselamatan nyawanya pun pernah ia berikan. Dan akankah kini ia tega membunuh Pandawa, sedangkan saat mereka terluka Sara yang mengobatinya. Sara ragu untuk membunuh mereka berlima, sekali lagi gadis itu merutuki dirinya yang lemah hatinya.

Tak sengaja matanya bersitatap dengan mata tembaga Arjuna jauh di depan sana. Matanya terlihat berair, kedua mata indahnya itu belum berubah saat menatap Sara dari dulu hingga sekarang, masih ada tatapan sayang di dalamnya.

Gerakan bibirnya pun seolah memanggil namanya agar ia pergi ke sisi mereka, Sara menggelengkan kepalanya. Tempatnya bukan di sana, Indraprasta dan Pandawa bukanlah rumahnya, Hastinapura dan Kurawa adalah rumahnya, tempatnya untuk pulang.

"Saya mengincar para pemimpin Panchala." Kata gadis itu pada Drona yang berdiri disebelahnya.

Mata guru Drona itu berkilat saat bertatapan dengan musuh lamanya, Drupada.
"Iya tuan putri, begitupun dengan saya. Saya akan menghadapi Drupada, tapi dia berada di bawah perlindungan Srikandi dan Drestadyumna."

Second Life SARATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang