Bab 5. Tetap Tegar Sara!

3.1K 316 9
                                    

Happy reading, jangan lupa vote and komen, terimakasih 😋

Suara kicauan burung itu menjadi pengiring utama sebuah pondok yang berada di tengah hutan, begitupun rengekan seorang bocah perempuan yang terlihat sedang rewel. Sudah seminggu lamanya ia menginap di rumah Pandu.

"Ayo Sara kita kembali ke Hastinapura!" Ajak Resi Bisma sambil menarik tubuh Sara, bocah itu begitu erat memeluk kaki Pandu, dia terlihat seperti lintah yang sulit dilepaskan.

"Tidak mau!! Aku mau disini!" balasnya, Sara ingin bersama Pandu dan Kunti, inkarnasi orang tuanya.

"Sara, paman juga ingin kau disini.
Tapi pasti kakak Destarasta Dan kakak Gandari akan mencari mu. Lain kali berkunjung lah kemari." Ucap Pandu, walau begitu dalam lubuk hatinya ia juga tidak ingin bocah perempuan itu jauh darinya, ia mengusap lembut rambut gadis mungil itu.

"Iya Sara, nanti berkunjung lah kembali. Kami pasti akan mengajakmu bermain." ucap Yudistira.

Terlihat Sara menatap sendu kearah Pandu dan Kunti, ia masih ingin bersama mereka, orang tuanya yang telah lama ia rindukan. Rupanya di kehidupan kali ini Ia tidak ditakdirkan sebagai anak mereka.

Kunti bersipuh didepan gadis itu, dia sedikit berjongkok agar sejajar dengan tinggi bocah mungil itu, tangannya bergerak mengelus wajahnya yang terlihat murung, lalu dengan lembut ia mengecupi kedua pipi tembam bocah cantik itu,
"Kediaman kami selalu terbuka untuk mu nak." Balas Kunti.

"Aku pasti akan mengunjungi kalian lagi." Kata Sara pasrah, dengan wajah cemberut dia melepaskan cengkeramannya pada Pandu.

"Ah aku jadi ingin punya anak perempuan yang manis." kata madrim, dia mencubit gemas pipi tembam milik Sara, membuat bocah itu mengusap pelan pipinya yang memerah.

Sara mendekati para Pandawa, dia memeluk kakak-kakaknya satu persatu.
"Kakak, besok aku datang lagi ya."

"Besok aku akan membawa Shiroi dan ku kenalkan kalian padanya. Dia adalah satu-satunya temanku." lanjutnya,
para Pandawa itu mengerutkan keningnya ketika nama asing itu disebutkan.

"Siapa dia?" Tanya Nakula heran,
"Sahabat sejatiku, burung kecil ku." kata Sara, ada nada bangga di dalamnya.

Mereka mengangguk memahami dunia Sara yang berbeda, walaupun begitu mereka senang dengan kehadiran Sara.

Mereka seperti memiliki teman baru, apalagi dia perempuan yang menyenangkan dan supel.
mereka berharap Sara sering berkunjung kemari, sungguh Sara sudah dianggap seperti adik kecil mereka.

***

Di kediaman Keputusan.

Seorang bocah perempuan berparas rupawan itu sedang duduk sambil membaca bukunya, dia begitu suka membaca buku dan dia sangat menyukai aroma buku yang begitu khas di indra penciumannya.

"Membaca buku apa?" Tanya Yuyutsu yang tiba-tiba muncul dibelakangnya, membuat Sara terjengkit kaget dan melempar bukunya.

"Astaga!! Sudah ku bilang jangan muncul tiba-tiba seperti hantu! kak yutsu!" Omel adiknya, gadis itu mencebikan bibirnya sambil menatap jengkel pada kakak tertuanya.

"Hahaha maaf adik." Katanya sambil tertawa, sungguh menyenangkan melihat ekspresi adik bungsunya.

"Huh!" Sara memasang wajah cemberut, lalu ia berjalan mengambil bukunya yang terlempar.

"Hei jangan cemberut begitu! Kau tidak terlihat cantik." Godanya.

"berisik!"

Gadis itu kembali duduk dan membaca bukunya, Yuyutsu menatap iba pada adik bungsunya, kasihan sekali adiknya ini, ia tumbuh seorang diri di istana, dia tidak memiliki teman seumuran dan hanya berteman dengan seekor burung dan kadang ia bermain sendirian dengan bonekanya.
Para Kurawa yang lain selalu mengucilkannya ketika adik perempuannya itu berkumpul bersama mereka,

"Emm, apa mereka masih suka mengganggumu?" Tanya Yuyutsu pada adiknya, selain mengucilkan adik bungsunya, mereka juga sering menjahilinya, bila Sara belum sampai menangis maka mereka belum puas.

"Tidak sering" Balas Sara.
Dia mengingat bahwa hampir semua kakaknya tidak suka padanya.
Ketika Sara berkumpul dengan mereka, pasti mereka iseng mengodanya, mencibirnya, menyambitnya bahkan menjambak dan memukulnya.
Hanya didepan Duryudana mereka memperlakukan Sara dengan hormat.

"Maaf, kakak belum cukup kuat untuk melindungi mu." Yuyutsu menunduk sedih. dia tak mampu melindungi adik bungsunya, jangankan melindungi adiknya untuk melindungi dirinya sendiri pun ia tak sanggup.
Yuyutsu dan Sara selalu dikucilkan dan di asingkan oleh para Kurawa.

Yuyutsu ingin menjadi kuat, karena orang berharga yang ia miliki hanya Sara. Ibunya meninggal setelah melahirkannya, lagipula anak haram sepertinya selalu diremehkan bahkan dianggap sebagai sampah. Hanya Dursala yang melihatnya sebagai manusia.

"Hei, aku tidak apa-apa kak. Tenang saja semua akan baik-baik saja, aku selalu di sisimu." Ucap Sara menenangkan kakak tersayangnya, dia memeluk lembut yuyutsu.

Sara mengerti dengan penderitaan Yuyutsu, karena dia juga mengalami penderitaan yang sama. Dikehidupan ini Sara harus berjuang untuk mendapatkan cinta Gandari, ibunya yang awalnya jarang menemuinya kini menjadi sering menemuinya bahkan terkesan mulai menyayangi nya, tak sia-sia Sara selalu menyisir rambut dan mencuci kaki ibunya setiap hari.

Lalu ayahnya yang suka menyendiri, Ayahnya sangat membencinya dengan alasan yang tak ia ketahui. Ayahnya selalu mengatakan bahwa Sara adalah aib dari dinasti Kuru. Sara juga dilarang memanggil Raja Dretarasta dengan sebutan ayah.

Lalu para Saudara nya yang suka melecehkannya, mereka tak henti melakukan hal jahat padanya. Pernah dirinya dikurung dalam ruangan gelap dan kumuh lalu mereka memasukkan banyak tikus hingga dirinya trauma dengan tikus, untung paman Widura menolongnya.

Belum lagi pamannya Sangkuni yang tak henti mengirimkan jimat yang berisi mantra kutukan Dewi kali, yang kadang disisipkan di pot tanaman atau dikolong tempat tidur. Entah alasan apa paman sinting itu menyantet nya, untungnya Shiroi selalu menemukannya dan Sara mengirim balik santetnya.

Jujur Dia kesepian di istana ini, hanya Yuyutsu, Gandari dan kakek Bisma yang peduli padanya.
Setidaknya ia tumbuh dengan cinta ketiga orang itu.

***

Malam telah tiba dan keheningan mulai menjadi penguasanya, ditengah cahaya yang meremang itu terlihat seekor burung kecil sedang membawa surat di punggungnya.

"Shiroi! Kau sudah kembali?" Ucap bocah perempuan berwajah cantik itu.

Terlihat burung itu langsung ambruk dipangkuan majikannya, melihat hal itu Sara langsung memberikan kue kering kepada burung itu.

"Surat dari kak Ris." Sara dengan senang membuka surat itu, Sara sering bertukar surat dengan Krishna kakaknya.

Sara mulai membuka kantong kain dari Krishna, yang didalamnya ada surat dan alat musik Kalimba. Sara menggenggam alat musik Kalimba itu.

"Ini seperti kalimba ku yang menemaniku di ujung kematian." Ucap Sara, ia ingat bahwa di hari terakhir nya hanya alat musik tradisional Afrika itu yang menemaninya.

'Untuk Sara adikku tersayang

Ini hadiah untuk mu, anggap saja sebagai balasan karena kiriman kue mentega buatanmu.
Sungguh kue itu sangat enak, kau memang pandai membuat kue,
Aku harap kau sering membuatkan kue mentega untukku.

Sara apa kau tahu kak Balarama? katanya ia ingin berkenalan dengan mu, tapi aku tidak mau adik perempuan ku yang sangat cantik ini didekati oleh pria tempramen dan gendut sepertinya.
Aku tidak rela kau di dekati pria manapun, kalaupun ada pria yang ingin mendekati mu maka pria itu harus memiliki 5 kualitas. Yaitu kebijaksanaan, kekuatan, kesabaran, ketampanan, kecerdasan bla bla bla
....
Dari kakak yang menyayangi mu'

"Hah manis sekali, aku rindu padamu kak Ris, Semoga Dewa melindungi mu Dimana pun kau berada." ucap Sara. Diapun mulai berbaring di ranjangnya sambil memeluk lembut Shiroi burung kesayangannya.

To be continue...

Okey udah dulu ya guys jangan lupa vote dan komen.. terimakasih 😉

Second Life SARATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang