Bab 33. Sampai Jumpa Pandawa

2.3K 243 52
                                    

Happy reading..
.
.
.
.
.

Hari ini seluruh Hastinapura berduka atas kematian keluarga Pandawa, mereka dianggap telah mati menjadi korban kebakaran di Warnabrata.
Akibat kekosongan posisi Putra mahkota itu membuat Duryudana dilantik menjadi putra mahkota menggantikan Yudistira yang dikira sudah mati.

Tapi setelah penobatan Duryudana dilangsungkan Yudistira tiba-tiba muncul dihadapan mereka, dan akibatnya penobatan itu dianggap tidak sah. Duryudana mengamuk dan mengancam akan melakukan bunuh diri bila ia tidak menjadi raja selanjutnya.

Yudistira rela tidak menjadi raja, namun Raja Dretarasta tidak ingin menyakiti arwah Pandu, iapun membagi wilayah menjadi dua, para Kurawa akan tinggal di Hastinapura sedangkan para Pandawa akan diberikan Hutan Khandawaprastha untuk lokasi kerajaan baru.

Ini berbeda dari cerita aslinya, harusnya para Pandawa menyamar menjadi brahmana untuk menutupi fakta bahwa mereka masih hidup setelah kejadian Warnabrata dan pergi mengembara hingga ke Panchala.
Sebenarnya apa yang membuat mereka ingin diketahui dunia bahwa mereka masih hidup?
Apa yang membuat mereka tidak bisa jauh dari Hastinapura?
Dan kini mereka memilih tinggal di Khandawaprasta yang bertetangga dengan Hastinapura.

"Kak, apa kalian harus pergi dan tinggal di hutan Khandawaprastha?" Tanya gadis itu.

Hutan Khandawaprasta adalah wilayah yang gersang, akibat kutukan para Resi.
Hutan itu terkenal angker dan banyak siluman khususnya siluman ular.

Yudistira menganggukkan kepalanya, tangannya terulur untuk mengelus puncak kepala Dursala, entah sejak kapan gadis itu menjadi seseorang yang berharga baik dihatinya maupun dihati adik-adiknya.

"Kak! Kalian tidak perlu mengalah, perbuatan kakak dan pamanku itu sudah keterlaluan. Mereka harus mendapatkan pelajaran, aku siap untuk menjadi saksi."
Kata gadis itu.

Sara tidak mau Duryudana dan kakak-kakaknya yang lain menjadi seperti ini, mereka harus mendapatkan hukuman agar tidak melakukan hal buruk lagi. Ini untuk kebaikan mereka juga, Dursala sungguh tidak bisa membayangkan bahwa kakak-kakaknya akan tewas mengenaskan di perang Bharatayuda. Dia terus dihantui perasaan was-was dan ketakutan akan masa depan yang ia ketahui.

"Sara, aku tidak mau terjadi perseteruan lagi antara kami dan Kurawa. Duryudana melakukan itu karena begitu menginginkan taktha, dan kini aku merelakan taktha Hastinapura." Balas Yudistira.

Mata gadis itu mulai berair,
"Tolong maafkan kakak-kakakku, aku tidak akan membiarkan mereka melakukan hal buruk lagi."

Para Pandawa itu menganggukkan kepalanya, mereka sudah memaafkan para Kurawa, Pandawa tidak ingin bertengkar dengan saudara sendiri hanya karena berebut warisan.

Lagipula Pandawa sudah merencanakan ingin pergi dari Hastinapura sejak dulu, Hastinapura hanya membuat luka dihati mereka. Mereka ingin membangun kerajaan dengan keringat sendiri dibandingkan mendapatkan warisan orang tua.

Hanya ada dua alasan yang membuat mereka berat meninggalkan Hastinapura, yang pertama harus berpisah dari Bisma dan Widura, dan yang kedua harus berpisah dengan gadis perhatian ini.
Dursala sangat spesial dihati mereka, karena dia orang pertama yang mendukung mereka, dia merelakan dirinya masuk kedalam kobaran api untuk menyelamatkan mereka. Bagaimana bisa mereka tak semakin sayang padanya?

Gadis itu menunduk dengan bahu yang bergetar, apakah mereka akan baik-baik saja saat berada jauh dari pengawasannya,
"Selama kami pergi, jaga dirimu baik-baik Sara dan jangan terlalu banyak memakan makanan manis, itu tidak baik untuk kesehatan." Kata Nakula, suaranya terdengar parau.

Gadis itu menggelengkan kepalanya, matanya mulai mengalirkan cairan beningnya,
"Jangan menangis Sara, kami akan baik-baik saja."

"Tenang saja, kami akan membuat kerajaan yang sangat indah dan kaya melebihi Hastinapura, setelah itu kau bisa mengunjungi istana kami setiap waktu." Hibur Arjuna.

Second Life SARATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang