Bab 41. Perang

2K 225 38
                                    

Happy reading...
.
.
.
.
.

Perang Bharatayuda yang direncanakan para Dewa pun akhirnya mulai terlaksana di Kurusetra, perang saudara terdahsyat dijamannya. Perang antara dharma dan adharma, keegoisan dan kebenaran tertinggi. Tentang kekuasaan dan kebaktian, tentang pengurangan jumlah manusia yang memiliki sifat angkara murka dimuka bumi.

Dan saat itu Sara menyadari bahwa ia berada di kubu yang salah, pasukan Kurawa terdiri dari Raja-raja, pangeran, ksatria yang berada di jalan adharma.
Raja Salya yang angkuh dan arogan, Kertawarma yang tinggi hati, Raja Bagadata dari Pragjyotisha dan raja Kosala yang sewenang-wenang, Buriswara yang angkuh dan merasa paling benar.
Semua orang yang berada di pasukan Kurawa tidak ada yang benar, dari segi karakter ataupun sikap, hanya segi kekuatan saja yang unggul.

Seorang pria berkulit hitam itu datang menemui adiknya dan mengatakan,
"Adikku, kau berada dijalan yang salah. Tidak seharusnya Dewi yang merupakan saudara perempuan Narayana, Sri Devi Mariamman adik perempuan Dewa Wisnu, yang dikenal sebagai Dewi Permata Mari yang baik hati. Tapi bagaimana bisa kau berdiri dikubu adharma!"

Gadis itu menggeleng, lalu ia memberikan penghormatan pada manusia agung didepannya, dia menyentuh kakinya sebagai bentuk baktinya,
"Maafkan aku kak, tapi aku bukan berperang untuk kebenaran ataupun keburukan, tapi untuk Hastinapura. Aku hanya ingin melindungi negaraku, cintaku pada Hastinapura sebagaimana cinta Basudewa Krishna pada Dwaraka. Serta cintaku pada mahakurawa sebagaimana cinta Krishna untuk Subadra dan Balarama." Ada ketegasan disetiap perkataannya, prinsipnya masih tetap kukuh dipihak Kurawa.

Rupanya sang inkarnasi dari Dewi hujan dan ksatria itu tetap di sisi Kurawa, ia bukan bertempur di jalan adharma, ia hanya melakukan tugasnya sebagai Dewi pelindung Hastinapura. Ia hanya menepati janjinya pada Santanu untuk menjaga Hastinapura-nya.

Memang apa arti dari sebuah kebenaran bila ia berpaling dari saudara kandungnya dan berniat mencelakainya bahkan membunuhnya? maka menurutnya kebenaran itu tak berarti bila membunuh saudaranya hanya untuk sebuah warisan.

Karena Sara mempercepat hukuman pengangsingan Pandawa yang harusnya 12 tahun menjadi separuhnya, maka perang itu berlangsung lebih cepat dari sejarahnya. Anak-anak Pandawa tak ikut serta dalam peperangan karena usianya yang masih kecil.

Apa kau tahu? Semua para Dewa dan Dewi memberikan berkah dan anugerahnya untuk kemenangan para Pandawa, sedangkan yang memberi berkah pada Kurawa hanya Dewi Gangga dan Mariamman.

Menjelang pecahnya Perang Baratayuda, ada pertemuan penting antara pihak Kurawa dan Pandawa untuk membuat deretan perjanjian penting bernama Dharmayuddha, antara lain:

1. Perang dimulai saat matahari terbit, dan harus berhenti saat matahari terbenam.
2. Harus dilakukan satu lawan satu, dilarang mengeroyok prajurit yang sendirian.
3. Dua kesatria diizinkan berduel pribadi, bila punya senjata atau kendaraan yang sama.
4. Dilarang membunuh prajurit yang telah menyerahkan diri.
5. Prajurit yang telah menyerahkan diri itu harus jadi tawanan perang atau budak.
6. Kesatria yang tak bersenjata dilarang dilukai atau dibunuh.
7. Prajurit yang sedang dalam keadaan tidak sadar dilarang dilukai atau bahkan dibunuh.
8. Orang yang tak ikut ke tengah medan perang atau binatang dilarang dilukai atau bahkan dibunuh.
9. Dilarang melukai atau bahkan membunuh dari belakang.
10. Dilarang menyerang wanita.
11. Ketika sedang menggunakan gada, tidak boleh memukulkannya ke bagian pinggang ke bawah.
12. Dilarang berlaku curang atau tidak adil dalam berperang.

Walau aturan-aturan ini memang telah disepakati, tapi tetap saja peraturan itu akan dilanggar oleh kedua belah pihak demi meraih kemenangan.

***

Second Life SARATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang