Bab 9. Bima keracunan

2.6K 252 5
                                    

Okey selamat membaca, jangan lupa vote ya! Terimakasih banyak 😉

"Bagaimana ini paman? Aku harus menyingkirkan para Pandawa, agar takhta itu menjadi milikku."
Duryudana cemas, dia sangat berambisi untuk menjadi putra mahkota Hastinapura.

"Tenanglah keponakanku. Sebelum menyingkirkan para Pandawa, kita harus menyingkirkan pelindung dan orang terkuat di antara mereka." Kata Sangkuni sambil mengelus jenggotnya, kepalanya sudah dipenuhi oleh rencana-rencana keji. Sangkuni membisikan cara liciknya pada Duryudana, Duryudana pun terhasut dengan mudah.

Duryudana itu bagaikan kertas putih bersih nan polos, tapi sayang kertas itu mulai diwarnai oleh pamannya.

Bukan hanya Duryudana saja, Sangkuni juga menanamkan kebencian dan hasutan pada para Kurawa lainnya.
Dia memiliki alasan untuk melakukan itu semua, agar rencananya berhasil.

***

kuil Dewa Siwa

Seorang bocah perempuan itu tengah bersipuh sambil mencuci kaki Sang raja Dretarasta dan Ratu Gandari, gadis itu membersihkan kaki mereka dengan lembut dan hati-hati, seakan-akan kaki mereka akan rapuh bila ia kasar sedikit saja.

Ia mencuci kaki mereka dengan air hangat yang ia campuran dengan air mawar dan taburan bunga lavender yang ia tanam sendiri.

"Tuan putri biar saya saja!" Bisik dayang yang menemani raja dan ratu itu.
Sara menggelengkan kepalanya,
Setelah selesai Sara membantu mereka memakaikan sepatu.

"Dayang muda, aku suka kerjamu yang hampir setiap hari mencuci kakiku ini. Aku akan menambahkan beberapa koin perak untuk mu. " Kata Raja Dretarasta, pada gadis itu.

"Ah, te-terimakasih Yang Mulia atas kemurahan hati Anda." timpal si Dayang, ia kaget karena dipelototi dan dicubit pelan oleh sang putri Hastinapura.

"Anda pergilah lebih dulu Tuanku, saya masih ingin di kuil ini?" Kata Ratu Gandari, Raja Dretarasta mengangguk dan melangkah pergi, ia berjalan dengan langkah tegas tanpa ragu.

Sang Ratu itu tersenyum lembut, diapun memegang kedua bahu gadis itu,
"Kenapa putri tersayang ku ini menyamar menjadi dayang lagi hm? Dan jahil sekali tadi, menggelitik kaki ibumu waktu mencuci kakinya." Gandari menjewer telinga putrinya.

Sebenarnya Gandari mengetahui alasan putrinya itu, karena hanya hal ini yang membuat Sara bisa berinteraksi dengan ayahnya. Karena Raja Dretarasta teramat membenci Sara.

"Maaf ibu, mulai besok akan aku ulangi lagi dengan benar." Kata Dursala sambil menyengir, membuat ibunya terkekeh dan menambah jeweran ditelinga yang satunya.

"Kenapa tingkah putriku ini begitu nakal, suka kau menyalin kitab Weda dan berdiri di depan kuil lagi?" Gandari memasang wajah galak.

"Ampun ibu, tanganku bisa keriting kalau harus menyalin lagi." Sara mulai panik, hukuman yang kemarin saja sudah membuat nya kapok.
Saking bandelnya gadis itu, ia sangat sering dihukum oleh Bisma dan ibunya.
Sara yakin, bila salinan kitab hasil hukuman nya itu dikumpulkan pasti akan menjadi perpustakaan baru.

"Hahaha." Gandari tertawa lebar, membuat para dayang heran tak biasanya Ratu mereka yang jarang tertawa itu bisa tertawa lepas karena tingkah Putrinya,
Putri Hastinapura itu memang memiliki aura yang positif dan sifat periang.

***

Di siang hari yang terik Sara melangkahkan kakinya menuju perpustakaan, ditengah perjalanan ia melihat Yudistira dan Arjuna yang memasang wajah sendu. Penampilan mereka terlihat berantakan, keringat telah membasahi wajah mereka.

"Apa yang harus kita lakukan? Kita harus meminta tolong pada siapa kak, kata mereka kak Bima sudah pulang. Tapi ia tak terlihat sama sekali." Suara Arjuna terdengar hampir menangis.

Second Life SARATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang