Bab 29. Si Bungsu dan Si Sulung

2.7K 238 82
                                    

Happy reading
Selamat membaca, Jangan lupa meninggalkan jejak kalian.
Jangan menjadi barang goib, terimakasih 😉
.
.
.
.
.

Wajah pria itu akhir-akhir ini menjadi muram dan pendiam, dua minggu lamanya adiknya benar-benar mendiamkannya. Gadis itu terus menghindarinya.

Ditengah kemurungan nya ia mencium aroma yang begitu memanjakan hidungnya, aroma bunga lotus itu berpendar dibawa angin kearahnya. Dia menatap kearah si pemilik keharuman, seketika matanya kembali hidup melihat surai indah berwarna hitam kecokelatan yang baru saja masuk kedalam perpustakaan.

Seorang pria disebelahnya segera menyenggol lengannya,
"Cepat minta maaf padanya kak!" Perintah Wikarna.

"Bila kakak tidak meminta maaf pada adikku atas perbuatanmu, maka hilang sudah rasa hormatku padamu kak."
Ancam Dursasana.

"Aku tidak segan-segan mengangkat pedang padamu, bila kau belum mendapatkan pengampunan dari adik perempuanku, Duryudana." Kata Yuyutsu, kini ia berhasil naik pangkat menjadi Jendral muda kerajaan Hastinapura.

Para Kurawa itu marah akan sikap Duryudana, walaupun Duryudana adalah kakak sulung yang sangat mereka hormati dan patuhi, tapi tetap saja Dursala adalah adik bungsu mereka yang paling disayangi.

Duryudana tidak marah akan sikap kurang ajar mereka, ia pantas mendapatkannya. Ia merasa malu akan dirinya sendiri yang ingin memanfaatkan pernikahan adiknya untuk keuntungan politiknya.
Mana janjinya yang ingin melindungi Dursala, mana sumpahnya yang ingin menjaga Dursala dari para lalat.

Dengan langkah hati-hati ia memasuki perpustakaan, matanya mencari keberadaan adiknya. Rupanya adiknya duduk sendirian di ujung ruangan sambil membaca buku, entah buku apa yang ia baca, pasti buku bacaan yang berat.

"Dursala." Panggilnya lirih.

"Salam Pangeran Duryudana, ada kepentingan apa anda mencari saya?" Balas gadis itu, matanya menatap datar padanya.

Hati Duryudana tercubit, adiknya bahkan tidak memanggilnya kakak.
Dan mana mata yang selalu menatap hangat dan sayang padanya, mata itu sekarang menatap datar dan enggan padanya.

Duryudana segera bersipuh, dia bersujud di hadapan adik perempuannya. Tak pernah sekalipun ia mau meruntuhkan ego dan harga dirinya, kesombongannya hangus di depan adiknya.

"Sara aku sungguh tidak bermaksud menjadikanmu sebagai upeti, aku juga tidak bermaksud membuatmu dipermalukan dihadapan para tetua."
Sesalnya, Duryudana menggenggam pelan rok adiknya.

"Maaf, aku tertipu oleh ucapan paman Sangkuni yang mengatakan bahwa kau sangat mencintai Jayadrata. Maka dari itu, aku menjodohkan mu dengannya dan aku pikir kau akan senang bila duduk diposisi Ratu " Kata Duryudana dengan nada rasa bersalah.

Tangan Sara terulur, dia mengelus puncak kepala Duryudana dan menyisir rambutnya dengan jemarinya,
"Kau menyakitiku kak, aku terluka karena ulahmu. Dan perlu kau tahu, aku tidak pernah sekalipun menginginkan posisi seorang Ratu. Aku tidak suka jabatan Ratu, aku menyukai kebebasan kak. " Katanya.

"Sungguh maafkan aku Sara, aku akan mengabulkan semua keinginanmu asal kau memberi pengampunan padaku. Bila tidak aku akan habis ditangan para adikku dan temanku Karna."

Setelah kejadian hari itu Karna menantang Duryudana dengan duel gada, bahkan Karna menghajarnya habis-habisan. Siapa sangka bahwa Karna seorang ksatria yang serba bisa, dia ahli menggunakan senjata pedang, panah, kapak dan gada. Duryudana juga mendapatkan duel dimana-mana dari beberapa Pandawa, Yuyutsu bahkan adik-adiknya, Ia kewalahan menghadapi mereka.

Second Life SARATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang