Bab 11. Guru Parasurama

2.5K 268 7
                                    

Hello guys pa kabar?
Happy reading... jangan lupa vote dan komen, terimakasih..😋😘

"Jadi Ayah ingin mengirimku agar berguru pada Begawan Parasurama?"
Mata Sara bergetar, perintah ayahnya itu bagai petir di siang bolong untuk nya. Ini tidak seperti ekspektasinya.

Ia pernah dengar rumor bahwa Parasurama adalah pengikut setia Dewa Siwa, ia juga seorang Brahmana yang keras dan teramat membenci kaum ksatria. Pernah dikisahkan bahwa ia pernah membantai habis kaum ksatria, tak terhitung banyak jumlah nya yang ia bunuh dengan kapak dan panahnya.
Konon katanya ia bersumpah akan membantai habis seluruh ksatria dimuka bumi.

Dan kini ayahnya itu akan mengirimkan
Sara? seorang bocah perempuan dibawah umur? berkasta ksatria pula pada Brahmana tiran itu?!
Itu sama saja ayahnya memintanya untuk menemui Malaikat maut, dengan alasan berguru padanya.

'Apa aku akan mati lagi?' batin Sara.

"Sebagai seorang putri satu-satunya Hastinapura, kau harus mampu melindungi rakyat mu. Dan tumbuh dilingkungan yang sederhana, agar kau kelak memahami kehidupan rakyatmu." kata Sangkuni sambil menyeringai.

Sara mengepalkan tangannya, ini pasti rencana dari bedebah satu ini.
'Mampu melindungi rakyat Gundulmu! Mengapa tidak kau saja yang berguru padanya!' batinnya.
Kan dirinya tidak akan menjadi Ratu ataupun putri mahkota, mengapa sudah di timpuk beberapa beban di pundaknya?

Dan kenapa ayahnya menurut saja apa yang diusulkan oleh Raja Gandara itu. sebegitu bencikah ayahnya itu padanya, hingga ia akan di buang dengan alasan berguru. Apa ia tak suka Sara berada di dekatnya?

"Tapi ayah saya tidak mau dikirim kesana, saya hanya ingin bersama ay..."

Sang Raja melemparkan nampan yang berisi anggur itu kehadapan sang putri, membuat putri itu kaget dan langsung terdiam. Ia menatap lengannya yang berdarah karena tergores oleh ujung nampan itu. Tak sekalipun ia protes, lagipula ayahnya juga tak akan melihat lukanya.

"Tuan putri Dursala! Kau ingin membantah perintahku?! Benar yang dikatakan oleh pamanmu, pergilah besok pagi! Tak ada bantahan!"
"Dan satu lagi panggil diriku Yang Mulia Raja! Karena hubungan kita bukan antara ayah dan anak, melainkan antara seorang Raja dan Putri kerajaan." Lanjutnya masih dengan nada kebencian dan penuh tekanan.

Sara menundukkan kepalanya sedih, tenggorokannya terasa sakit.
"Ke-kenapa? Kenapa hanya saya yang diperlakukan begini?!" Tanyanya sambil menahan tangisnya, matanya mulai memanas.

Ayahnya selalu mengajak seluruh putranya untuk makan bersamanya, tapi hanya dirinya yang ditinggalkan. Ayahnya selalu berjalan-jalan bersama para Kurawa lainnya, tapi dirinya yang selalu di abaikan.
Ketika ia mendekat pun, pasti ayahnya akan langsung mengusirnya, bahkan lokasi kamarnya pun berada paling terpencil diantara anggota kerajaan lain.

Gadis kecil itu hanya bisa menatap iri kebersamaan mereka, tanpa bisa bergabung, dia hanya duduk sendirian dipojokkan dan hanya berteman dengan boneka serta burungnya.

Ia tahu jiwanya telah dewasa, tapi kini ia hanya seorang anak yang memiliki masa lalu yang penuh luka dan rindu akan sosok seorang ayah, ia juga menginginkan kasih sayang dari ayahnya, ayahnya yang hanya bisa ia tatap dari jauh, kadang ia merasa bangga melihat ayahnya yang duduk dengan gagah di kursi singgasana.

"Kau ingin tahu? Ketahuilah kau hanya aib untuk ku, mata birumu itu adalah kutukan untuk ku, kutukan yang merampas penglihatan ayahnya.
Aku heran kenapa anak seperti mu dilahirkan." Perkataan sarkas ayahnya itu mampu menggores hatinya.

Sara menatap dalam ayahnya, hanya alasan tidak masuk akal itu dirinya dikucilkan, dihinakan, bahkan dibuang?
Kalau dia satu-satunya putri Hastinapura bukankah harusnya dia hidup dengan penuh kemewahan dan kemanjaan?
Tapi kenapa ia diperlakukan tak adil begini?

Second Life SARATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang