Bab 17. Sang Dewi Hujan

2.1K 238 7
                                    

Happy Reading
Jangan lupa vote and komen
Terimakasih banyak 😉 😘
.
.
.
.

3 tahun kemudian...

Seseorang gadis remaja berusia 17 tahun itu tengah mandi di sungai Gangga.
Ia meluluri tubuh nya dengan lulur bengkoang dan ekstrak kunyit, Ia begitu pandai merawat tubuhnya hingga kulitnya yang berwarna kuning Langsat menjadi cerah dan berseri.

Kemudian ia meluluri rambutnya yang indah dengan lulur lidah buaya,
rambut gelombangnya yang berwarna hitam kecokelatan itu begitu halus sehalus sutra, apalagi rambut indah nya itu telah sepanjang punggung nya dan menyisakan beberapa anak rambut di dahinya. Dia memotong rambutnya bergaya modern.

Wajahnya yang cantik jelita, mata berbentuk almond eyes yang berwarna biru seperti hati samudera, hidungnya yang mancung, serta bibir tipis bervolume berwarna merah alami bagaikan buah cherry, semuanya begitu pas di wajahnya.

Tubuhnya yang tinggi semampai, tulang selangkanya terbentuk dan indah, perutnya yang rata dan ramping, dengan bentuk badan yang ideal dan proporsional. Semua ia dapatkan karena rajin berolahraga.

Senyumnya yang manis dengan lesung dipipinya menambah kesan menawan.
Bahkan para wanita iri dengan keelokannya laksamana bulan purnama.

Kecantikannya setara dengan Radha, Rukmini, ataupun Drupadi.
Ia bagaikan seorang Dewi Nari Ratih yang menjelma sebagai manusia.

Gadis itu segera memakai pakaian nya yang tersampir di atas batu. matanya menatap pada seorang pemuda yang berada di balik batu, pemuda itu terlihat membelakanginya.

Pemuda itu berjiwa ksatria sejati. Bila pria lain pasti akan mengintip bahkan bertindak kurang ajar, tapi ia tak memalingkan wajahnya sedikitpun ke arah gadis itu saat mandi. Ia malah berjaga di depan melindungi gadis itu dari para pria yang akan datang ataupun bertindak kurang ajar padanya.


Gadis itu mendekati pria yang tengah membelakanginya,
"Sudah selesai?" Tanya pemuda itu.

"Iya sudah, harusnya kau tak perlu menjadi penjaga sungai begini." kata gadis itu.

Mata lautan itu bersitatap dengan mata cokelat madu yang seterang matahari, sejenak pemuda itu terbengong melihat keelokannya. Aroma lotus biru begitu menguar dari tubuhnya, padahal ia tak menggunakan parfum lotus. Bahkan kecantikan nya bagaikan bunga teratai yang mekar.

Pemuda itu segera menundukkan kepalanya sambil bergumam,
"Ya Dewa Surya, sesungguhnya engkaulah yang terindah di antara beribu bulan. Tolong jagalah diri ini agar tak melenceng dari kebenaran dan godaan wanita." Gumamnya yang masih di dengar oleh gadis itu.

Gadis itu terkekeh pelan melihat tingkah pemuda itu, ia bahkan menahan diri agar tak terpingkal. Pemuda itu sangat religius dan rajin beribadah.

"Saya hanya menjagamu yang sedang mandi dari para pria mesum. Kau sudah seperti adik saya." Sahut pemuda itu setelah berhasil mengendalikan dirinya.

"Hah baiklah, terimakasih Karna kakakku yang baru bertemu ketika besar." Timpal gadis itu.

Lihatlah Karna bahkan tak mengeluh ketika Sara mandi lebih dari 1 jam, ia tetap sabar menunggu dan berjaga di depan. Mungkin bila pria lain akan mengomel sambil marah-marah sepanjang jalan.

Second Life SARATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang