37| Bertengkar

2.1K 254 219
                                    

Assalamu'alaikum, semuaaa

Part agak panjang, gak papa kan?

Gimana perasaan pas baca judul?

Agak nyesek aku pas nulis part ini...

Tapi, Happy Reading🤍

Tandai Typo!

[Bagian 37; Bertengkar]

•••

"Memang susah kalau belum selesai sama masa lalu." -Daiva Putri Amelia

***

Pagi hari di Bandung, lebih tepatnya di pesantren Al-Amin, ada seorang laki-laki yang sedang berbincang dengan perempuan di sampingnya. Mereka adalah Haikal dan Aulia.


Entah apa yang mereka bicarakan di pagi hari seperti ini, namun jika dilihat mereka tampaknya begitu asik. Daiva yang baru saja menjemur pakaiannya tanpa sengaja melihat suaminya bersama dengan perempuan yang akhir-akhir ini sering menjadi alasan dia cemburu.

Melihat bagaimana suaminya berbicara bahkan sesekali tersenyum manis dengan masa lalunya, membuat sebuah sesak hadir di dada nya. Matanya pun tiba-tiba terasa panas. Dengan cepat dirinya langsung mengalihkan pandangannya karena takut semakin merasa sakit, walau sebenarnya masih penasaran dengan kedua orang itu.

Sambil menarik napas dalam-dalam, dirinya memasuki ndalem dengan wajah masam. "Dai, lo pulang kapan?" Tanya Zalfa yang terlihat berjalan dari arah dapur.

"Pagi ini, jam delapan." Jawabnya.

"Kenapa sih? Masih pagi kok wajahnya udah masam aja?" Daiva memejamkan matanya dan air matanya menetes.

"Dai? Lo oke kan?"

"Susah ya, kalau berhubungan sama orang yang belum selesai sama masa lalunya." Ucap Daiva dengan suara bergetar dan senyuman yang dipaksa.

Zalfa yang langsung paham apa yang dimaksud Daiva langsung memeluknya dengan erat. Ya, Zalfa tahu apa yang Daiva maksud karena Daiva sering bercerita Zalfa, Halwa dan Zahra.

Dalam pelukan Zalfa, Daiva menangis namun seperti ditahan. "Jangan ditahan, nangis aja." Isakan pun mulai terdengar setelah Zalfa mengatakan itu.

"Ada apa nih, pagi-pagi udah pelukan?" Tanya Zahra yang baru datang dengan Auni di gendongannya.

Zahra meletakkan Auni dalam stroller yang tak jauh dari mereka. "Zal?" Zahra bertanya dengan tangan yang diangkat mengisyaratkan 'kenapa?'

Zalfa mengedipkan kedua matanya, dan Zahra pun paham apa permasalahan nya. Pasti seperti biasa. Tanpa berpikir lama ia ikut berpelukan dengan kedua sahabat sekaligus saudaranya itu.

"Ku-kurang Hal-halwa." Ucap Daiva dengan sesegukan.

"Nanti kita vc-an kalau udah sampe rumah masing-masing ya?"

"Iya."

"Eh, ini kenapa pada pelukan nduk?" Tanya Umi Syarifah yang baru saja datang dengan abah Rahim disampingnya.

Forever with GusTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang