39| Ternyata itu mimpi

2.1K 242 75
                                    

Assalamu'alaikum, semuaaa

Kabar baik kan?

Lanjut aja nih?

Tandai typo ye 

Oke, Happy Reading🤍

[Bagian 39; Ternyata itu mimpi]

•••

Lagi gak ada quotes. Bisa diisi sendiri ya ➡

***

"Daiva, sayang... Bangun!" Suara panggilan dari seseorang mampu membuat Daiva terusik dari tidurnya.

"Dai... Bangun, udah mau maghrib ini. Pamali loh." Daiva yang awalnya bermalas-malasan, akhirnya membuka matanya secara lebar.

"Buset. Mamiii, beneran udah mau maghrib?" Tanya Daiva kaget.

"Iya, kamu tidur lama banget dari habis ashar." Daiva masih mencoba mengumpulkan nyawanya.

"Biru mana mi?" Tanya Daiva yang teringat akan anaknya. "Biru sama papi diruang depan." Daiva menganggukkan kepalanya tanda mengerti.

Setelah Nia-Mami Daiva keluar. Daiva tampak melamun.

Ternyata cuman mimpi ya? Batinnya teringat mimpi nya tadi.

Daiva memutuskan untuk mengecek handphone nya. Ya, ia berharap Haikal mengirim pesan. Tapi raut wajah Daiva langsung tersenyum secara paksa saat melihat tidak ada pesan masuk dari suaminya. Yang ada, malah pesan dari Halwa yang begitu banyak. Apa suaminya sudah tidak peduli dengannya lagi? Apa ucapan 'cerai' pagi tadi akan menjadi kenyataan?

Tidak,  Daiva berusaha menepis apa yang ada dipikirannya. Ia harus stay positif thinking pada suaminya. Tidak mungkin kan mereka bercerai saat anak masih kecil?

"Udah lah, aku mandi dulu." Setelah mandi, Daiva melanjutkan aktivitas nya dengan sholat maghrib lalu ia membawa Biru yang sudah ditidurkan oleh maminya.

Sambil menunggu adzan isya tiba, Daiva memilih untuk vc bersama ketiga sahabatnya. Tapi yang nyambung hanyalah Halwa. Sedangkan Zalfa dan Zahra tidak bisa dihubungi.

"Haii Daii... Omaygat lo baik-baik aja kan?" Tanya Halwa dengan panik. Dia adalah orang paling heboh setelah Daiva.

Daiva yang melihat Halwa dengan wajah panik seketika tersenyum. "Gue Oke wa..." Ucapnya namun setelah itu ia mulai menangis.

"Dai, gue tahu lo gak baik-baik aja." Ucap Halwa dengan wajah sedih.

"Kalau udah tahu ngapain nanya bambang." Ucap Daiva di sela-sela tangisannya.

"Ish, udah lah. Coba ceritain masalahnya." Daiva mulai menceritakan masalahnya dengan Haikal dari awal hingga akhir, walau harus dengan menangis.

"Terus, sekarang Haikal ada chat atau telfon lo gak?"

"Nggak ada. Gue takut wa..." Lirih Daiva dengan pilu.

Forever with GusTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang