Esok paginya Nhai bangun lebih dulu, ia sudah bersiap siap untuk pulang karena ia sangat merindukan putranya, rasanya seperti kehausan, ia ingin mencium pipi gembulnya yang sekarang sudah lebih tirus, ia juga ingin memeluk tubuh kecilnya yang selalu terasa pas dalam rengkuhannya.
"Hubby bangun, ayo kita pulang," Nhai duduk disisi suaminya yang masih tertidur pulas. Ia menepuk nepuk pipi Ai sampai suaminya itu bergerak menahan tangannya.
"Gimme kiss," suaranya serak, menarik tangan Nhai memintanya mendekat.
"Mwahhh.., ayo bangun cepat, Aron ku menunggu di rumah," Nhai menciumnya di pipi, menarik suaminya itu untuk segera bangun.
Dengan sangat terpaksa Ai duduk dengan mata terpejam, ia memeluk tubuh Nhai, lebih tepatnya bersandar di sana beberapa menit untuk mengumpulkan kesadarannya.
"Kenapa buru buru, jam segini Aron pasti masih di sekolah,"
Nhai cemberut, "tapi aku merindukan rumah.."
"Hmm, oke oke kita pulang," Ai mengangguk mencium kening Nhai sayang.
Hatinya hangat, Nhai tersenyum manis, kemudian memeluk Ai lebih erat. "Ai, bagaimana kalo kita punya bayi?" Suaranya teredam, tapi Ai masih bisa mendengar apa yang Nhai katakan.
Ai terdiam sebentar, kemudian Nhai mendongak untuk melihat reaksi suaminya.
Senyumnya masih cemerlang, Nhai mengusap pipi Aiyaret," aku mau bayi Ai, "
Beberapa menit Ai masih saja diam, sampai Nhai mencubit pipinya cukup keras.
"Hubbyyyy..."
"Aku mandi dulu,"
Ai hanya mengatakan itu kemudian pergi ke kamar mandi meninggalkan Nhai sendiri.
Sejujurnya Nhai bingung kenapa Ai jadi diam begitu. Bahkan terkesan kesal padanya.
Bahkan setelah mandi pun Ai tetap diam saja, seolah tidak ingin membicarakan apapun.
"Hubby kamu marah?" Mereka sudah bersiap untuk pulang, Ai juga baru saja selesai berbicara dengan pengurus resort tapi pria besarnya itu hanya menggenggam tangannya Nhai erat tanpa mau mengatakan apapun.
"Hubbyyyy!"
"Aiyaret!"
Ai menghela nafas, ia menarik tangan Nhai untuk berjalan cepat ke mobil mereka yang telah terparkir di depan, "masuk mobil dulu,"
"Jangan tarik tarik!" Nhai mengerang kesal, padahal Ai tidak benar benar menariknya dengan kasar tapi tetap saja anak itu akan mendramatisir keadaan.
"Masuk mobil dulu sayangku,"
Nhai mendengus kesal sebelum masuk kedalam mobil. Ia melipat tangannya di dadanya.
Sepanjang perjalanan itu Ai tidak berusaha membujuk, bahkan ia tidak mengatakan apapun, Nhai merasa sesak, sedih menggelayuti hatinya, ia menangis. Tangannya menutupi mulutnya agar tidak terdengar isaknya, tapi Ai tidak tuli, sebelah tangannya mengusap kepala Nhai memintanya bersandar di bahunya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Lil duck🐣 [meenping] [ailhong Nhai]
Fanfictionpotongan kisah bebek kecil Nhai dan Aiyaret Book ke2 dari book bayi, jadi kalo mau baca bisa di cek buku ke satunya dulu.