Nhai tidak bisa tidur, perasaannya tentu sangat tidak nyaman, takut, khawatir tapi juga senang penuh harapan bercampur padu, rasanya mual tapi tidak punya apapun untuk di muntahkan. Jujur Nhai merasa nervous, kali ini ia akan melahirkan bayinya secara sadar, bayangannya seperti menonton kupu kupu berterbangan di sisi jurang.Nhai membalik tubuhnya ia ingin miring ke kanan untuk melihat suaminya yang tertidur di sofa. Malam ini hanya Ai yang menemaninya, Aron di paksa ikut dengan Nan, untuk menginap di hotel sekitar yang tak jauh dari rumah sakit.
Tapi yang ia lihat mata itu terbuka dengan senyum lembut menatapnya, mau tidak mau Nhai ikut tersenyum.
"Kenapa belum tidur?" Tanya nya, "kamu lapar?"
Nhai menggelengkan kepalanya, matanya menatap mata suaminya, ke khawatiran juga jelas terpancar dari sana. Nhai tidak ingin menambah beban pikiran suaminya. Jika bisa Nhai ingin terus menatapnya seperti ini agar selalu tau apa yang suaminya pikirkan.
"Ai aku mau peluk,"
Ai mengangkat ujung bibirnya tersenyum kecil, manisnya, kemudian ia melangkah mendekat memeluk istri mungilnya yang masih meringkuk di kasur pasien yang ukurannya sangat kecil ini.
Ai mendekapnya, lembut sekali tubuh Nhai terasa seperti marshmellow dengan harum manis permen bercampur minyak telon. Ai menciumi pipinya gemas. "jangan khawatir Nhai, semuanya akan baik baik saja," Ai sebenarnya mengatakan itu untuk menenangkan dirinya sendiri juga.
Nhai mengangguk setuju. Memang akan baik baik saja, apa yang akan terjadi, semuanya disini, Nhai akan mendapatkan berkah paling tulus.
"Ai di luar ada apa?" Tanya nya, ia menoleh ke arah Ai yang duduk menoleh ke jendela.
"Tidak ada apapun, Nhai," Ai memperhatikan taman yang mereka datangi tadi siang, sudah sepi tentu saja menjelang tengah malam begini siapa yang akan berkeliaran di luar, tapi kemudian matanya tertarik pada bulan seperempat yang tertinggal di langit gelap. Mungkin sekarang sudah akhir fase rotasi bulan. "Hanya bulan sabit,"
Nhai bangkit duduk dengan susah payah merasa perut besarnya mengganjal pergerakannya, tapi tubuhnya juga pegal terus berbaring tanpa bisa terlelap, "hubby ayo kita lihat di luar,"
"Tidak Nhai, sudah malam tidak boleh pergi keluar,"
Nhai cemberut, tapi di pikir lagi, ia juga takut hantu "hanya di jendela?" Bujuknya lagi.
Melihat Nhai yang sepertinya tidak akan menyerah pada keinginannya, Ai mengangguk pasrah, ia meraih tangan Nhai untuk turun dari ranjang pasien. "pelan pelan Nhai,"
Nhai terkekeh geli, "aku tahu, hubby."
"Mau duduk di kursi roda?"
"Nanti Tidak kelihatan," Nhai berjalan perlahan di papah suaminya menuju ke jendela yang tak jauh, sebenarnya Nhai bisa sendiri tapi Ai memang selalu seperti itu. Ia tidak akan membiarkan Nhai melakukan apapun sendiri. Sangat over protektif.
KAMU SEDANG MEMBACA
Lil duck🐣 [meenping] [ailhong Nhai]
Fanfictionpotongan kisah bebek kecil Nhai dan Aiyaret Book ke2 dari book bayi, jadi kalo mau baca bisa di cek buku ke satunya dulu.