Suasana siang hari ini panas sekali, Nhai merasa akan mati jika saja AC di rumahnya di matikan barang sebentar saja.
Yang ia lakukan hanya berguling guling di lantai menemani putrinya bermain.
Iya putrinya sekarang sudah lebih besar, tumbuh dengan cantik meskipun agak bawel. Nhai memperhatikan ketika anak itu mewarnai buku gambarnya, Nhai menatap penasaran anak itu menggambar empat garis dengan kepala bulat, "itu gambar apa?"
Luna menoleh tersenyum dengan bangga menunjukkan gambarnya, "ini ayah," ia menunjuk gambar paling tinggi," ini mommy, yang ini Kakak," Nhai terkekeh melihat bagaimana mereka di gambar dengan sederhana.
"Yang itu Luna?" Nhai menunjuk gambar paling kecil, putrinya mengangguk semangat.
"Gambarnya bagus tidak, mommy?"
"Hmm bagus."
"Nanti Luna kasih untuk kakak, supaya tidak lupa dengan Luna."
Semenjak masuk SMA Aron memang jarang di rumah, entah kenapa putranya itu lebih betah main di luar, padahal Nhai tidak pernah melarangnya untuk membawa siapapun ke rumah, tapi semakin hari anak itu semakin tertutup dan sulit di atur.
Nhai mengusap kepala putrinya, mengerti perasaanya, bagaimanapun gadis kecil ini pasti rindu kakaknya.
Di sore hari Aron pulang, ia hanya datang untuk mandi, makan sebentar kemudian pergi lagi entah kemana.
Nhai sudah bertanya dengan baik baik, sampai berbicara dengan tegas tapi putranya itu seolah abai. Lelah sekali mengikuti ego anak muda jaman sekarang, Nhai menyerah.
"Nak, kamu mau kemana lagi sih, emang tugas sekolahmu sebanyak itu?" Nhai meletakkan segelas air putih saat putranya itu makan, nampaknya ia terburu buru di lihat dari pakaiannya yang sudah siap pergi dengan jaket kulit dan celana denim anaknya ini terlihat seperti gang motor. Tapi untungnya anak itu tidak punya motor, jadi kecurigaannya tidak berdasar.
Luna yang juga duduk di sisi kakaknya menatapnya sedih, "Kakak udah ga suka lagi main sama Luna,"
Aron meneguk air minumnya, makanannya habis. Ia mengusap kepalanya adiknya dengan sayang.
"Luna main sama mommy dulu ya, kakak sibuk belajar dulu, ""Kakak jangan belajar terus dong! Emang Kakak robot!"
Aron melirik ibunya mendengar kata kata itu dari adiknya, seolah menginginkan Nhai mendengarnya juga.
Aron mengangkat Luna untuk duduk di pangkuannya, memeluk tubuh empuk itu erat, "besok Kakak beliin eskrim?" Tanya Aron dengan lembut.
"Aku tidak mau eskrim! Aku mau kakak!"
Aron menghela nafas melihat adiknya mendengus sebal, matanya berkaca-kaca dengan bibir menekuk cemberut menyedihkan. "Kalo Luna nakal Kakak tidak mau main sama Luna lagi,"
KAMU SEDANG MEMBACA
Lil duck🐣 [meenping] [ailhong Nhai]
Fanfictionpotongan kisah bebek kecil Nhai dan Aiyaret Book ke2 dari book bayi, jadi kalo mau baca bisa di cek buku ke satunya dulu.