Dua hari telah berlalu, dan Ai masih mual di setiap paginya, seolah perutnya di cuci bersih pagi ini melilit bergejolak sampai tenggorokannya pada yang keluar hanya cairan bening.
Matanya memerah menatap cermin di wastafel, ia mencuci wajahnya, menahan gejolak dalam perutnya.
Nhai masih tidur dengan nyenyak di kasur itu bagusnya, Ai menghela nafas, begini kah morning sicknes? Atau ia memang harus memeriksakan diri ke dokter?
Tapi setelah agak siang gejalanya meringan dan kembali terasa di pagi berikutnya.
Setelah agak mereda Ai turun ke dapur untuk menemukan segelas teh hangat.
Disana ada Angelo yang tengah mengupas buah apel, "Khun, ada yang bisa Angelo bantu?"
Ai tersenyum, menggelengkan kepalanya," lanjutkan saja pekerjaan mu, aku hanya ingin teh hangat."
Angelo mengangguk, ia melanjutkan mengupas buah,"mencari sesuatu, Khun?"
"Dimana madu?" Angelo menunjuk lemari kayu di atas kepalanya, "di dalam,"
"Ahh, terimakasih," niatnya Ai ingin membuat teh madu hangat untuk dirinya sendiri, jadi ia menuangkan beberapa sendok madu kedalam teh. Jadi lah teh buatannya sedikit lebih kental.
Biasanya Ai suka minuman ini, tapi kali ini baru satu teguk, tidak bahkan cairan teh itu masih di dalam mulut belum sampai ke tenggorokan Ai tidak sanggup menelannya. Rasanya licin menggelikan membuatnya mual, jadilah ia melepeh teh buatannya sendiri ke wastafel, ia kembali muntah dengan hebat sampai Angelo terkejut dan panik melihatnya.
"Astaga Khun, baik baik saja?"
Ai mengangkat tangan, meminta asisten rumah tangganya itu tidak mendekat. "Ambil air putih, hangat. " Hanya itu saja yang ia katakan.
Segera Angelo mengambil gelas untuk memberi Ai minum.
Ai masih menunduk di depan wastafel saat seseorang memijat tengkuk lehernya, awalnya ia mengira itu Angelo, tapi saat ia menoleh Nhai disana dengan wajah sembab masih mengantuk sepertinya, Ai segera mencuci wajahnya kemudian memeluk tubuh Nhai.
Ia menghirup wangi tubuh Nhai dalam dalam, rasanya menenangkan sekali.
Nhai yang tiba-tiba di peluk begini terkejut, tapi tidak mengatakan apapun, ia hanya mengusap kepala Ai dengan sayang.
"Kenapa kamu bangun?" Tanya Ai, wajahnya di tenggelamkan pada ceruk leher Nhai, ingin mencium wangi tubuh Nhai yang harum lembut seperti aroma susu bubuk bercampur minyak telon.
"Aku kira kamu pergi, aku tidak melihatmu di kasur ataupun di kamar mandi, jadi aku turun,"sahut Nhai sekenanya, ia masih benar benar mengantuk sampai rasanya tidak sanggup membuka mata.
KAMU SEDANG MEMBACA
Lil duck🐣 [meenping] [ailhong Nhai]
Fiksi Penggemarpotongan kisah bebek kecil Nhai dan Aiyaret Book ke2 dari book bayi, jadi kalo mau baca bisa di cek buku ke satunya dulu.