Satu Minggu berlalu tanpa kabar apapun.
Apa yang harus Nhai lakukan sekarang?
Ia tidak ingin makan, tidak ingin tidur, tidak ingin siapapun. Ia hanya ingin putranya.
Nan berulang kali mengatakan bahwa Aron akan baik baik saja, Ai juga terus berjanji akan menemukannya, tapi mana? Seminggu berlalu tapi Nhai masih belum melihat putranya.
Apa dia tidur dengan hangat, apa makan dengan layak. Bagaimana jika ia menangis karena merindukannya, bagaimana jika seseorang menyakitinya.
Nhai menangis sepanjang hari meskipun percuma saja itu juga tidak membantu apapun.
Masalah masalah kecil mulai terjadi, bagaimana ia menjadi terlalu sensitif terhadap Aiyaret, dalam dirinya rapuh tapi juga membara.
"Nhai kamu belum makan, ayo makan dulu," Aiyaret menghampiri istrinya yang masih berbaring di kasurnya. Nhai terpejam tapi Ai tahu istrinya itu tidak tidur.
Di usapnya lembut rambut halus Nhai,"sayang,"
"Ai, aku tidak mau." Nhai menarik selimutnya sampai menutupi kepalanya mengabaikan segala afeksi suaminya.
Ai menghela nafas, istrinya itu menjadi semakin sulit di bujuk. "Kamu harus makan Nhai, perutmu bisa sakit. "
Saat perasaannya tersenggol sedikit Nhai akan mulai bereaksi meledak ledak, ia bangun menghempas selimutnya ke lantai. Matanya menatap Aiyaret tajam, disana Ai melihat tidak ada lagi Nhai yang manis, yang ada hanya kemarahan.
"Kamu pikir aku bisa makan? Coba kamu sendiri pikir, anak kita bisa makan kah di luaran sana! Bagaimana aku bisa makan sementara anakku hilang! Jika kamu mau makan, makan aja sendiri!"Nhai mendorong Ai menjauh, turun dari kasurnya pergi begitu saja. Ai sempat menahannya tapi Nhai menepisnya jauh jauh, seolah tangannya terbuat dari api panas.
"Kamu mau kemana?"
"Cari anakku."
"Nhai, kamu liat jam. Sudah tengah malam, besok pagi kita cari lagi, na?"
"Aku tidak butuh pendapat mu, jangan halangi aku. "
Aiyaret frustasi, Nhai sudah pergi dengan langkah setengah berlari keluar dari hotel mereka. Ai bergegas mengambil jaket untuk mengejarnya, entah kemana tapi Ai akan mengikuti kemanapun Nhai pergi.
Nhai hanya duduk di halte dengan raut bingung, istrinya itu hanya mengenakan setelan baju tidur tipis lengkap dengan sendal hotel.
Bus terakhir harusnya sudah lewat setengah jam lalu, jadi apa yang ia tunggu disana?
Ai memarkirkan mobilnya, Nhai masih berwajah keras seolah tak terganggu. Saat Ai menyampirkan jaket yang di bawanya, Nhai hanya menatapnya sebentar sebelum kembali tenggelam dalam kebingungannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Lil duck🐣 [meenping] [ailhong Nhai]
Fanficpotongan kisah bebek kecil Nhai dan Aiyaret Book ke2 dari book bayi, jadi kalo mau baca bisa di cek buku ke satunya dulu.