Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Nhai menyesal pernah nakal, pasti ayahnya setress ini juga dulu. Putranya kini lebih aktif lagi, sejak bayi mungilnya itu sudah bisa merangkak Nhai tidak bisa melepaskan pandangan meskipun hanya satu detik.
Terakhir kali Nhai meninggalkan putranya yang tengah menonton tv untuk buang air kecil, tv nya rusak entah bagaimana bayi itu melemparkan botol susunya sampai mengenai layarnya, meninggalkan retak dengan layar menghitam.
Nhai menatap putranya, bayi itu malah membalasnya dengan tatapan polos kemudian menunjuk tv nya yang tak lagi menayangkan kartun favoritnya. "Mii.. taaa!"
Nhai ingin menangis jika begini,
"halo, Ai tolong marahi putramu dia menghancurkan tv, "
Dari sebrang sambungan telepon dan Ai hanya tertawa, "kita beli lagi saat aku pulang nanti oke?"
"Apa yang terjadi huh, kenapa bisa menghancurkan tv?"
"Aku membiarkannya minum susu sambil menonton kartun dan meninggalkannya sebentar untuk buang air dan keadaanya sudah begini,"
Nhai mengeluh, ia duduk di atas sofa hanya menyaksikan putranya yang merangkak menggapai kakinya meminta untuk di pangku. Nhai memangkunya meskipun dengan wajah cemberut masih sebal.
"Wahhh!"
Ai hanya tertawa mendengar suara lain selain istrinya, anaknya ini masih terdengar ceria, setelah membuat onar.
"Anak nakal ini, jangan membuat mommy mu kesal terus!" Katanya dengan nada marah yang main main, tapi Aron malah tertawa sambil bertepuk tangan mendengar suara ayahnya, tangan mungilnya malah berusaha menggapai ponsel Nhai, "waaah!"
"Ayah, nak bukan wahh,"
"Wahh, hehe,"
Nhai masih memegangi ponselnya yang di rebut putranya, ada perasaan kesal tapi juga gemas, putranya nakal tapi sangat lucu. Nhai mencium atau lebih tepatnya mengigit pipi putranya, agrh gemas sekali sampai ia mejerit jerit risih.
"Nhai, sore ini aku sampai. Kamu ingin sesuatu?"
Nhai mengambil ponselnya yang jatuh di sofa," aku ingin sosis pedas yang banyak."
"Itu saja?"
"Ya,"
"Aku tutup?"
"Eum,"
Nhai kembali menatap wajah gemas putranya yang tertawa lucu sebelum menenggelamkan wajahnya pada perut gembul itu, "aku bersyukur ayahmu kaya, tenang saja kita bisa beli sepuluh tv jika mau, jika tidak aku bisa gila, kamu tahu huh?"