Semenjak pulang Aron tidak lagi pergi kelayapan kemanapun, Nhai akan terus mengawasinya dengan memberinya perhatian penuh.
Ia juga tidak lagi mau pergi ke sekolah, yang di lakukannya setiap hari hanya bermain game dan sesekali menemani Nhai berbelanja, di sore hari ia akan menemani Luna bermain di pantai, sampai matahari tenggelam.
Angin bertiup kencang menerpa wajahnya, rambutnya berantakan tapi kondisi hatinya lebih parah.
Aron hanya seorang pemuda, Pemula, banyak hal yang tidak ia mengerti, kemana tujuan hidupnya pun ia tidak tahu.
Nan sempat marah mendengar keputusannya yang tidak ingin meneruskan bisnis keluarga, juga tidak ingin menjadi pilot. Kebodohan macam apa itu. Bersyukurnya kakek Sipp bisa membuatnya luluh. Aron hanya belum mengerti sepenuhnya dan sedang dalam fase mencari jati diri.
"Kaka! Luna mau buat rangkaian kerang, nanti kita gantung di kamar kaka ya? " Anak perempuan itu berlari menghampiri Aron, wajah bulatnya lucu dengan senyum cerah ia membawa sekeranjang kerang yang di pungutnya dari pesisir bersama anak anak lain.
"Hm, " Aron mengangguk dengan senyum tipis menepuk kepalanya. Anak itu kembali berlari pergi bersama teman temannya. Aron hanya mengawasinya dari tenda tempat parkir beberapa sampan kecil.
Jika di ingat, dulu Kitaro sering membawanya kesini. Hanya untuk mengobrol santai. Meskipun faktanya anak itu tidak pernah bersuara sama sekali.
Aron menghela nafas, yang tercium hanya aroma garam khas laut. Aroma kenangan yang sulit ia tinggalkan.
Selama ini ia tidak pernah mengeluh menjalani hari harinya yang berat. Ia telah menjalaninya seumur hidup, punya banyak les, banyak Olimpiade yang harus di menangkan, ekspetasi keluarga yang begitu besar. Waktu itu ia masih bisa tertawa sambil berbaring di atas pasir dengan baju setengah basah. Tidak ada yang mengganggu pikirannya.
Ia selalu lupa bawa semuanya berat saat menatap mata berbinar milik sahabatnya, rambut kecoklatan lebih ke pirang itu berantakan namun terlihat lucu membingkai wajah kecilnya yang lugu.
Saat Kitaro menolaknya, Aron merasa beban yang selama ini di pundaknya berkali-kali lipat membengkak merobohkannya. Tidak ada lagi semangat tidak ada lagi yang bisa membantunya melupakan hal hal menyebalkan yang ternyata telah membentuknya seumur hidup.
"Hm, "
Kelapa, buah itu berada di pangkuannya, Aron menoleh untuk melihat siapa yang meletakkannya di sana.
KAMU SEDANG MEMBACA
Lil duck🐣 [meenping] [ailhong Nhai]
Fanfictionpotongan kisah bebek kecil Nhai dan Aiyaret Book ke2 dari book bayi, jadi kalo mau baca bisa di cek buku ke satunya dulu.