Tujuh

8.9K 385 6
                                    

Halo!

Terimakasih sudah ngikutin sampe sini. Happy reading!♥️

TUJUH : Dugaan Pak Supir

Sesuai rencana awal, Anya akan ikut ke luar kota bersama Agam dan Anjali. Hal itu membuat Anya senang bukan kepalang karena ini kali pertama mereka pergi bersama. Dipikiran gadis kecil itu kalau mereka akan liburan, bersenang-senang seperti sebuah keluarga kecil bahagia.

Anya adalah gadis kecil yang periang tidak peduli seberapa banyak cerita temannnya tentang liburan keluarga. Anya hanya mampu berkata, "Benalkah itu selu? Wah nanti aku juga akan ajak papa main ke lual negeli, ya Epan!"

Faktanya, Agam selalu saja punya alasan untuk menolak ajakan putrinya. Hingga sekarang dengan gamblang, Agam mengajak Anya liburan tanpa dipinta. Anya begitu senang dan hal itu wajib dia ceritakan pada Epan, teman sekolahnya.

"Mama, Anya senang bangettt deh bisa liburan kaya kelualga bahagia."

Anjali tersenyum mendengar pengakuan putrinya. Namun ada juga perasaan tidak enak dengan Agam. Bagaimana pun Anya tahu seberapa kuat Agam menolak ajakan putrinya.

"Benarkah sayang?"

"Hu'um. Anya senenggg banget akhirnya papa ngajak liburan tanpa Anya pinta." Aya nyengir lebar tanpa beban tidak tau kalau ekspresi kedua orang tuanya berubah.

"Makasih ya Papa Agam, Salangee, na jinjja mani sarange!"

Agam menatap Anya dengan sayu. Melihat binar bahagia di mata putrinya membuat dia tersadar. Betapa kejamnya dia dulu terhadap Anya. Agam akui tidak pernah sekalipun dia mengiyakan ajakan putrinya untuk liburan sekalipun bermain di halaman. Dipikirannya adalah bekerja dan bekera untuk mengalihkan pikirannya dari Ryanti.

Sekarang Agam sadar betapa berharganya kebahagiaan Anya.

"Biar saya saja yang gendong Anya." Sekarang Anya sudah berada di gendongan papanya. Gadis kecil itu segera memeluk leher Agam kencang tanpa mengindahkan peringatan dari Mamanya.

"Anya tolong dong jangan kenceng-kenceng meluknya liat papa kamu nanti gak bisa napas."

"Saya tidak papa," jawab Agam sembari melirik Anjali sekilas. Lantas mengecup kepala putrinya lembut.

Setelah hampir dua jam terbang bersama pesawat Garuda Indonesia mereka sampai di bandara Ngurah Rai Bali. Tidak harus menunggu lama hingga jemputan mereka sampai. Perjalanan menuju hotel waktu itu hening tidak ada percakapan sedikit pun. Baik Agam maupun Anjali lebih memilih memandang ke luar memperhatikan jalanan kota Bali yang padat waktu itu.

Dering ponsel mengalihkan fokus mereka. Yang ternyata berasal dari ponsel milik Agam.

"Iya, Ryanti?"

Tidak tau apa yang di ucapkan oleh perempuan itu, namun berdasarkan jawaban Agam selanjutnya membuat Anjali tau.

"Ini lagi diperjalanan menuju hotel,"

"..."

"Oke, sayang."

"..."

"Iya, gak akan! Aku cuma suka sama kamu doang kok,"

Panggilan diakhiri.

"Pacarnya ya, mas?" Dari kursi depan, supir taksi yang mereka tumpangi melirik lewat kaca.

"Iya,"

Mendengar jawaban Agam membuat supir itu tertawa, "Saya kira kalian pasangan suami istri loh Pak. Soalnya keliatan cocok apalagi Bapak yang gendong anaknya keliatan suami siaga dan perhatian."

Anjali lamat-lamat menatap Agam dengan wajah tidak enak. Takut kalau Agam akan tersinggung dan marah. Bagaimanapun Agam adalah bosnya. Namun, tanpa disangka Agam menoleh sehingga tatapan mereka saling mengunci.

Seperti biasa tatapan Agam datar sehingga sulit bagi Anjali untuk menangkap perasaan pria itu. Sehingga beberapa saat kemudian Agam menyunggingkan senyum tipis. Entah apa maksud pria itu.

"Maaf ya Pak, Bu. Saya tidak bermaksud." Pinta supir itu. Terlihat dari raut mukanya yang keliatan menyesal.

"Tidak papa," jawab Agam datar. "Lagipula kami sempat menjadi suami istri sebelum bercerai."

***


Mengenang RasaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang