TIGAPULUH TIGA

4.4K 168 5
                                    

TIGAPULUH TIGA : SEBATAS TANGGUNGJAWAB.

***

"Ma, Bang Agam koma,"

Di sebrang telepon terdengar suara teriakan tertahan dari mama Agam. Anjali yakin pasti mama mertuanya itu shock berat mengetahui keadaan putranya. Semalam Anjali tidak langsung mengabari mama Agam. Anjali lebih memilih menjaga Agam semalaman ketimbang harus merepotkan mama Agam. Di benaknya, Anjali menyalahkan dirinya sendiri atas keadaan Agam sekarang.

Kalau saja Agam tidak mencarinya pasti keadaan pria itu stabil tidak akan collapse seperti sekarang. Anjali menghembuskan napas pelan. Dokter bilang jahitan di kepala Agam yang belum mengering itu terbuka. Sepertinya kepalanya juga mengalami benturan yang mengakibatkan cedera berat pada kepala.

Anjali tidak tahu kalau keadaan Agam bisa seburuk ini. Anjali juga tidak tahu, apa Agam sempat terjatuh sehingga kepalanya terbentur? Atau ada seseorang yang sengaja ingin melukai Agam saat mencarinya?

Anjali mengusap wajahnya kasar. Ketika dia menoleh matanya menangkap dari kejauhan mama Agam berlarian ke arahnya. Jaraknya yang semakin dekat semakin jelas pula gurat khawatir dan cemas di wajah perempuan paruh baya itu.

"Anjali, Agam bagaimana keadaannya sekarang?"

Anjali menggeleng pelan tidak ada perubahan baik sejauh ini. Agam koma dan belum dapat dipastikan kapan dia akan sadar.

"Maaf, Ma," ujar Anjali.

"Kenapa harus minta maaf?"

"Bang Agam koma karena Anjali. Dia ... dia semalem keluar mencari Anjali, Ma, maaf,"

Mama Agam terlihat kaget hampir tidak percaya kalau Agam akan melakukan hal itu, karena kondisinya belum begitu stabil.

Namun, tidak lama kemudian mama Agam menggeleng menenangkan Anjali agar tidak merasa bersalah, "Tidak itu bukan salah kamu, Agam yang memutuskan untuk mencari kamu, Anjali. Jangan salahkan diri kamu atas ini." Tangan mama Agam mengusap lembut mantan menantunya itu.

Keduanya duduk bersampingan sembari berdoa dalam hati atas kesembuhan Agam. Beberapa lama kemudian suara mama Agam memecah keheningan, "Pulang lah, kasihan Anya kalau kamu tinggal terus, Anjali,"

Anjali yang tengah sibuk dengan pikirannya seketika tersentak mendengar ucapan mama mertuanya. Kepalanya menunduk lesu, "Ma, maafkan Anjali. Anjali tidak becus menjaga Anya."

"Maksud kamu apa?" sahut mama Agam cepat. Matanya membulat menunggu kelanjutan Anjali.

Perempuan itu mencoba menatap wajah mama Agam, "Anya hilang, Ma,"

"Ya Tuhan!!! Kenapa bisa hilang?? Sejak kapan, Anjalii!" Mama Agam menutup mukanya, "Tuhan jagalah cucuku." Sorot mata yang biasanya teduh dan lembut kini menjadi tajam, menyorot pada Anjali.

"Kenapa baru bilang sekarang? Agam tahu?"

Mendapatkan sarkasan dari mama Agam, Anjali hanya mengangguk mengiyakan. Nampak sekali kalau mama Agam sangat kecewa padanya.

Anjali menjelaskan kronologi Anya bisa hilang termasuk kenapa Agam bisa masuk rumah sakit. Anjali mengatakan semuanya tanpa ada yang dia tutupi lagi. Dia juga mengatakan kemungkinan Anya di bawa oleh April, ibu kandungnya. Anjali juga mengatakan beberapa kali April menemui Anya tanpa sepengetahuannya.

Selepas mendengarkan semuanya. Mama Agam mengusap kasar pelipisnya.

"Anjali," nada suara Mama Agam melembut sekarang. Dari sorot matanya Anjali dapat menduga perempuan itu akan mengatakan hal aneh.

"Kalau kamu ikhlaskan Anya bersama ibu kandungnya bagaimana, Nak?"

Jleb.

Anjali tidak habis pikir mama mertuanya bisa berkata seperti itu. Mana mungkin Anjali mampu berpisah dengan putrinya. Anjali sudah membesarkan Anya selama 3 tahun. Dia sudah menganggap Anya sebagai anak kandungnya sendiri. Anjali akan mempertahan Anya untuk tetap di sisinya bagaimana pun caranya.

Mengenang RasaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang