Duapuluh Tiga

3.7K 149 6
                                    

DUAPULUH TIGA : SEMAKIN DEKAT DENGAN AGAM.

WOAH AKU UPDATE TPI AS ALWAYS DI TENGAH MALAM YAKS.

ENJOY READING!

***

Untuk kesekian kalinya Anjali melirik jam tangan yang melingkar di pergelangan tangannya. Jarum pendek menunjukkan angka 7. Anjali menahan napas. Bukan pertama kalinya Reksa lupa menjemputnya seperti sekarang. Ini sudah ke tiga kalinya. Mungkin kalau semalam Reksa tidak berjanji akan menjemputnya Anjali tidak akan menunggunya seperti sekarang. Bisa aja dia naik ojek online.

Akhir-akhir ini Reksa juga kelihatan banyak masalah. Tetapi pria itu tidak pernah mau bercerita padanya. Setiap kali Anjali menyinggung tentang perubahan pria itu, Reksa pintar mengalihkan pembicaraan.

"Ibu Anjali di depan ada pak Agam,"

Anjali yang tengah bersiap memesan ojek online terperanjat kaget. Dia berdiri lantas berjalan ke pintu utama setelah mengucapkan terimakasih pada Irma.

"Anya sudah berangkat ke sekolah," kata Anjali memberi tahu. Anjali pikir Agam ke sini untuk bertemu putrinya.

Dari kursi kemudi Agam mengangguk mengerti, "Saya mau menjemput kamu."

Anjali menaikkan satu alisnya. Kemudian matanya menyipit pada Agam. Walaupun Anjali sudah bersikap tegas pada pria itu namun Agam tidak memperdulikan peringatan Anjali. Seolah peringatannya kemarin itu hanya gertakan biasa yang membuat Agam semakin gencar mendekati Anjali.

"Saya sudah pesan ojek." Alibi Anjali padahal dia sama sekali belum sempat membuka aplikasi ojek online.

"Batalkan saja," jawab Agam enteng. Pria itu berjalan memutari mobil. Lantas membuka pintu di samping kemudi untuk Anjali.

Tanpa berkata apa-apa Agam mengisyaratkan dengan tangannya supaya Anjali masuk.

"Tidak ada waktu lagi Anjali. Cepat masuk atau kita akan terlambat," kata Agam kemudian karena perempuan itu hanya mematung dengan pandangan bingung.

Karena dorongan paksa dari Agam, sekarang Anjali sudah berada di dalam mobil pria itu.

"Kenapa?"

Anjali menautkan kedua alisnya dengan pertanyaan yang keluar dari mulut Agam.

"Apa?" Tanya Anjali dengan satu kata tanya lagi.

"Saya lihat Reksa sudah tidak mengantar jemput kamu lagi." Agam tersenyum mengejek di akhir kalimatnya.

"Sekarang dia lagi sibuk,"

Anjali menarik napasnya dalam. "Kenapa Bapak masih saja mengganggu saya? Bukannya saya sudah memperingati bapak untuk menjaga jarak."

Anjali melirik Agam. Pria itu tengah menyunggingkan senyum tipis namun Anjali melihatnya berbeda. Agam seperti sedang mengejeknya.

"Saya akan memperjuangkan kamu Anjali. Sekarang kamu boleh turun kita sudah sampai."

Agam berlalu masuk ke dalam kantor tanpa menunggu Anjali. Sesekali pria itu menunduk sebagai balasan dari sapaan para karyawannya.

Anjali yang berjalan di belakang Agam, sesekali tersenyum menyapa karyawan yang dikenalnya misal seperti sekarang kepada Pak Ben. Pria kalem itu seperti baru juga datang karena briefcase masih di genggamannya.

"Pagi, Pak."

Pak Ben tersenyum ramah seperti biasa, "Pagi, Bu."

Kemudian mereka terpisah masuk ke dalam ruangannya masing-masing. Tepat jam 8 mereka mulai berkutat dengan pekerjaannya.

Mengenang RasaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang