Sembilan

8.7K 429 7
                                    

SEMBILAN : PIKIRAN DEWASA ANYA.

Terimakasih yang udh baca cerita ini dan biggg thanks untuk yg udh kasih vote 💓

Happy reading!

Harusnya hari ini adalah hari terakhir mereka di Bali. Namun Anya meminta untuk tinggal satu hari lagi. Katanya mau ke pantai dan beberapa tempat yang belum pernah dia kunjungi. Dan tanpa berpikir panjang Agam langsung menyetujui permintaan putrinya itu.

"Reksa, tolong bantu kami untuk menjaga Anya, ya." Pesan Anjali kepada Reksa. Sudah Anjali larang keras untuk tidak menyewa Reksa lagi, tetapi Agam bersih keras dan keras kepala. Katanya biar Anya lebih terjaga.

"Sudah kewajiban saya untuk menjaga Anya, Bu."

Anjali tersenyum mendengarnya. Lalu mereka masuk ke dalam mobil yang sudah Agam sewa sebelumnya. Begitu Anjali akan membukakan pintu belakang mobil, Agam berteriak. "Di sini saya bukan supir!"

"Yasudah kamu duduk di depan Sa biar saya dan Anya di belakang." Anjali mengambil alih Anya dari tangan Reksa. Sementara pria itu mengangguk patuh. "Gapapa bu, Anya biar sama saya saja."

"Anya pengen sama mama." Potong Anya cepat sambil merangkul leher Anjali. Anya memalingkan wajahnya pada Agam. Tanpa menunggu lama Anya berkata, "Anya pengen duduk di depan sama papa, mama juga."

Mendengar hal itu Agam tersenyum lebar dan sempat memberikan dua jempol kepada Anya sebelum masuk ke dalam mobil. Dari kaca spion, Agam melihat Anjali berjalan mendekat sebelum membukakan pintu dan menutupnya dengan kencang.

"Anak pintar!" Seru Agam dan memberikan tos pada Anya.

"Es krim ya papa. Jangan lupa," Anya nyengir sambil menaikkan-turunkan kedua alisnya.

Agam tertawa dan mengusap pucuk kepala putri cerdasnya itu, "Sekalian sama pabriknya papa belikan buat Anya."

"Tapi papa apa itu gak berlebihan?" Kening Anya berkerut.

"Nggak kok sayang,"

"Emang es krim nya gak akan meleleh kalo gak habis?"

"Makannya harus kamu abisin," jawaban dari Agam membuat mata kecil Anya membulat. "Gak bakalan muat papa perut Anya kecill!" Anya menyingkap bajunya untuk diperlihatkan kepada Agam. Sejenak Agam bengong melihat kelakuan putrinya.

"Gimana dong, pa?" Tanya Anya keliatan khawatir dengan nasib es krim sepabriknya nanti.

"Kan bisa Anya bagikan ke temen-temen, gimana?"

Kali ini Anya seperti sedang menimbang usul Agam, "Oh iya bener juga! Anya bisa sumpal mulut bawel Epan pake es krim!"

Sekarang raut muka Anya sudah tenang dan tidak sekhawatir seperti tadi. Bibirnya terlukis senyum bahagia dan sesekali dia menunjuk benda-benda yang menurutnya asing. Dengan sabar Anjali dan Agam menjawab pertanyaan Anya.

Dering ponsel milik Agam menghentikan pertanyaan Anya.

"Sebentar ya sayang papa jawab telfon dulu,"

Agam mengklik ikon hijau sehingga panggilan terhubung.

"Ya, Ryanti?"

"..."

"Aku ada urusan mendadak di Bali jadi gak bisa pulang sekarang."

"..."

"Gak perlu. Besok aku juga pulang kok,"

"..."

"Iya. Ini lagi sama Anya, anak aku."

"..."

Entah apa yang dikatakan Ryanti di sebrang sana, namun Agam sempat melirik Anjali sebelum menimpali obrolan.

"Aku sama sekretaris kok. Dia yang bantu aku ngejaga Anya."

Dugaan Anjali ternyata benar bahwa Ryanti tidak tau dirinya adalah mantan istri Agam. Ada hal yang mengganggu pikiran Anjali saat ini. Mungkinkah Ryanti tidak suka kalau Agam masih berhubungan dengan mantan istrinya? Dugaannya kalau Ryanti tahu bahwa dirinyalah mantan istri Agam, mungkin dia tidak akan sebaik sekarang.

"Papa, itu Tante Ryanti yang kemaren bukan?" Semprot Anya begitu Agam mengakhiri panggilan.

"Iya. Kenapa memangnya?"

"Kok dia nelfon papa? Emang papa siapanya tante Ryanti?"

Anjali menatap Agam dengan sorot tidak enak. Dikira mantan suaminya itu akan marah dan mengeluarkan kata-kata pedas seperti biasanya. Anjali memberi isyarat pada anak nya untuk diam.

"Gak kok. Dia bukan siapa-siapanya papa, sayang."

Namun, wajah Agam saat ini nampak biasa saja. Dia tidak marah. Malahan Agam tengah tersenyum lembut sembari mengusap rambut Anya dengan lembut.

"Oh bagus deh kalo bukan siapa-siapa. Anya tenang dengernya. Tapi awas ya papa kalo berani selingkuh dari mama Anjali. Anya gak akan anggap papa lagi!"

"Anya gak suka sama orang yang suka selingkuh. Sangat gak bertanggung jawab. Si Epan aja sering nangis ngadu sama Anya kalo orang tuanya sering berantem karena papanya selingkuh. Memang Papa mau Anya kaya Epan jadi anak broken home?"

Sedangkan tanpa ada yang menyadari Agam menahan napas mendengar curhatan putrinya. Dia memperhatikan tubuh kecil putrinya, di sanalah jiwa dewasa bersembunyi. Perkataan itu terdengar awam diucapkan oleh bocah 3 tahun.

***

Sejak tadi, di kursi belakang. Reksa memperhatikan ketiganya. Mata tajamnya seolah mengerti permasalahan dari keluarga tersebut. Sedari tadi dirinya tidak berani mengomentari karena itu bukan haknya. Lagipula dia tidak berhak mencampuri privasi bos sementaranya itu.

***

Bisa dong 20 votes untuk part selanjutnya?

Mengenang RasaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang