DUA PULUH : PENGAKUAN TERSIRAT.
Setelah seminggu Anya di rawat, keadaan gadis kecil itu kunjung membaik. Setelah pasca pendonoran darah waktu itu Reksa dan Anya bisa di katakan semakin dekat hal itu tidak menutup kemungkinan Anjali kecipratan juga. Anjali dan Reksa kerap menjaga Anya bersamaan. Tidak jarang kalau kalau Anjali bekerja, Reksa lah yang menjaga anak itu.
Anjali tersentuh dengan kebaikan Reksa. Apalagi saat pria itu rela mengerjakan pekerjaannya di rumah sakit.
Sore ini Anjali baru pulang bekerja dia langsung ke rumah sakit. Memang kamar rawat Anya sudah menjadi rumah keduanya saat ini. Dia pergi dari rumah sakit dan pulang juga ke rumah sakit.
"Anya lagi makan ya?"
Nampak Anya tegah disuapi buah Apel oleh Reksa.
"Iya ma, makan apel," jawab Anya riang. Anjali tersenyum lega. Perkembangan Anya semakin baik mungkin besok juga Anya sudah di perbolehkan pulang. Anjali mengecup kepala Anya penuh sayang.
"Makasih ya Reksa sudah menjaga, Anya." Anjali berkata dengan tulus.
"Sama-sama. Aku juga senang bisa menemani Anya. Ya kan, Anya seneng gak ditemenin sama om?"
"Heem! Anya seneng!" Anya tersenyum lebar. "Tapi Anya juga kangen sama papa, kok papa gak mau jenguk Anya ya ma?"
Anjali tersenyum kecil lantas tangannya mengusap kepala putrinya lembut.
"Papa jenguk Anya kok. Cuman kalau papa ke sini Anya nya lagi tidur. Papa gak tega kalau bangunin kamu, sayang..."
"Padahal kan bangunin Anya juga gak papa. Ma, telfon papa dong suruh ke sini. Anya pengen main."
Anjali menaikkan alisnya. Lama dia tidak menjawab seperti sedang mempertimbangkan keinginan putrinya.
"Yaudah deh," kata Anjali final membuat senyum Anya terbit.
"Sebentar ya, mama telfon dulu."
Anjali berjalan mendekati jendela yang langsung menampilkan bangunan-bangunan pencakar langit. Jalan layang yang terlihat padat sore ini adalah hal biasa.
"Anya katanya pengen ketemu dia rindu sama papanya," ujar Anjali begitu panggilan tersambung.
"Oke, saya ke sana sekarang. Kalian mau dibeliin apa?"
Di sebrang sana Agam bertanya.
"Gak ada."
Hembusan nafas terdengar dari balik telfon.
"Tolong tanyain Anya dulu, Anjali. Siapa tau dia mau sesuatu."
Anjali memutar bola matanya namun tak ayal dia mengikuti perintah Agam.
"Anya, kata papa kamu mau sesuatu gak?"
"Anya pengen donat!" Teriak Anya begitu kencang.
Anjali mengangguk dan kembali mendekatkan ponsel ke telinganya. "Kedengaran, kan?"
"Oke,"
Terdengar kekehan kecil sebelum telefon terputus.
Anjali mendudukkan bokongnya di atas ranjang. Mengambil alih mangkuk apel dari tangan Reksa. "Biar aku aja, Sa."
Reksa mengangguk kecil. Membiarkan Anjali menyuapi Anya. Selanjutnya tidak ada percakapan di antara mereka. Keadaan ruangan sunyi hanya denting garpu yang beradu dengan mangkuk kaca yang sesekali terdengar.
Suara pintu yang terbuka mengalihkan atensi mereka. Melihat Agam yang baru saja masuk membuat Reksa segera berdiri. Hendak mempersilahkan pria itu duduk di kursi yang sempat dia tempati sebelumnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Mengenang Rasa
Romance"Kamu tau Ryanti kan?" Tidak bisa dipungkiri, mendengar nama itu lagi setelah 3 tahun menikah membuat tubuh perempuan yang tengah menata piring di meja makan sempat terhenti. Ryanti. Perempuan pemilik hati suaminya sejak dulu dan mungkin sampai seka...