#CIPIKA-CIPIKI PENGARANG
Aku mau mengucapkan maaf sebesar-besarnya kalau ada ketikan aku yang kurang sreug dan menyinggung perasaan kalian. Aku tidak bermaksud begitu.
Iya aku penulis kecil yang tidak tau etika. Mohon maaf sama kalian. Kalau ada kesalahan jangan sungkan untuk tegur aku. Tetapi teguran yang beretika juga.
Oh iya, sebentar lagi ini end, mau ada cerita baru lagi gak buat ngegantiin MR? Sebenarnya udah ada di draft tinggal publish nih.
Gimana, spill sinopsisnya? Jamin gak kalah seru dari MR 🌝😘
Okey lah enjoy reading wargaa 😘 jangan lupa vote dulu ya.
TIGAPULUH EMPAT : KECELAKAAN MAUT.
***
"Ben, tolong bantu saya untuk mencari Anya. Kamu cukup kasih tau saya ke keberadaan putri saya sisanya biar saya yang urus,"
"Baik, Pak,"
Agam mengakhiri panggilannya. Kini dia tengah berkemas untuk pulang ke rumah di bantu Anjali dan mamanya. Agam sudah boleh pulang sekarang, walaupun tidak memungkinkan untuk berkeliaran dan melakukan hal berat. Itu sebabnya dia meminta bantuan Ben untuk mencari Anya.
Ketiganya masuk ke dalam mobil Alphard putih yang sudah terparkir sejak tadi.
"Anjali, kamu ke rumah mama dulu ya, tadi mama sempat masak banyak biar kita bisa makan bersama,"
"Terimakasih Ma, tapi Anjali langsung pulang aja ke rumah," Anjali tersenyum. Dirinya duduk di sisi paling kiri sementara Agam berada di tengah.
"Loh, jangan begitu, kita makan sama-sama dulu ya," mama Agam terlihat keukeuh dan tidak mau dibantah. Perempuan paruh baya itu sedikit mencondongkan badannya agar dapat menggapai tangan Anjali. "Sekali ini saja," tambahnya sembari mengelus tangan Anjali.
"Yaudah Ma,"
Jawaban Anjali membuat bibir mama Agam tertarik merekah menciptakan senyuman manis dengan cekungan kecil di kedua pipinya.
Tanpa mereka sadari, Agam lah yang paling bahagia. Sampai dia tidak bisa menahan senyumnya begitu Anjali akan lebih lama bersamanya.
"Terimakasih, Anjali," kata Agam pelan sehingga hanya Anjali lah yang mampu mendengarnya.
"Untuk apa?" Anjali balas berbisik. Kepalanya menoleh menatap wajah Agam yang juga tengah menatapnya.
Bibir pria itu tertarik, "Semuanya. Kamu sudah merawat ku selama aku sakit." Senyuman tulus menghiasi wajah pucat Agam. "Ini yang terakhir aku merepotkan kamu,"
Anjali mengernyit. Namun, kepalanya tetap mengangguk. Dia tidak mengatakan apa-apa. Nampaknya, Agam terlihat bahagia sekarang. Bibir pria itu terus melengkung.
Berbeda dengan Anjali, perempuan itu menghembuskan napasnya kasar. Lagi-lagi dia tidak mampu menolak permintaan mama mertuanya itu.
Tadinya sehabis makan, Anjali akan langsung pulang. Tetapi panggilan dari Ben yang memberi tahu keberadaan Anya mengganti niat Anjali. Sekarang dia berada di dalam mobil bersama Agam menuju Greenland Apartemen. Anya bersama April tinggal di sana sekarang.
Sudah beberapa kali Agam memencet bel tetapi tidak ada juga tanda-tanda pintu akan terbuka. Bahu Anjali melemas seketika. Sepertinya dia gagal bertemu Anya.
"Sepertinya sedang tidak ada orang," kata Agam memperjelas.
"Kita tunggu aja!" balas Anjali. Perempuan itu menyenderkan punggungnya ke pintu.
Sudah satu jam berlalu tetapi tidak ada kemunculan Anya. Anjali dan Agam berencana pergi dari sana. Agam pikir April mengetahui keberadaan mereka sehingga perempuan itu tengah bersembunyi sekarang.
KAMU SEDANG MEMBACA
Mengenang Rasa
Romance"Kamu tau Ryanti kan?" Tidak bisa dipungkiri, mendengar nama itu lagi setelah 3 tahun menikah membuat tubuh perempuan yang tengah menata piring di meja makan sempat terhenti. Ryanti. Perempuan pemilik hati suaminya sejak dulu dan mungkin sampai seka...