DUA PULUH SATU : PENOLAKAN ANJALI.
Enjoy reading!
***
Pagi ini Agam berencana menjemput Anya di rumah sakit. Kemarin Anjali bilang Anya boleh pulang hari ini. Jadi dia akan mengantarkan mereka pulang.
Di jalan Agam juga sempat membeli se-box donat kesukaan Anya. Anya paling suka rasa matcha dan oreo sehingga Agam hanya membeli dua varian rasa tersebut. Pria itu tersenyum cerah sambil masuk ke dalam mobil.
Agam sengaja tidak mengabari Anjali kalau dia akan menjemput mereka. Sengaja, karena mau membuat kejutan. Tanpa mengetuk pintu terlebih dahulu, Agam masuk ke dalam kamar rawat Anya.
Dia mengernyitkan dahi menyapu semua sudut ruangan. Ternyata ruang kamar Anya kosong. Bahkan barang-barang mereka sudah hilang.
Agam menoleh pada suster yang akan membereskan bekas ruang kamar Anya.
"Pasiennya sudah pulang ya sus?" tanya Agam memastikan. Sorot kecewa tidak mampu dia sembunyikan.
"Iya, Pak, barusan mereka check out."
Agam mengangguk mengerti kemudian dia berjalan menuju basement. Pria itu merogoh ponselnya lantas mendial nomor Anjali. Panggilannya terhubung namun tidak di angkat. Sudah panggilan ke-tiga namun tak kunjung ada jawaban. Agam segera melajukan mobilnya menuju rumah Anjali.
Begitu sampai di rumah yang sempat dia tinggali juga, Agam melihat ada mobil yang sangat dia kenali terparkir di halaman. Ternyata Agam keduluan sama Reksa.
"Ma itu mobil papa!"
Jeritan Anya dari teras rumah terdengar. Agam menggerakkan setirnya masuk ke dalam pekarangan rumah Anjali.
Agam memarkirkan mobilnya tidak jauh dari punya Reksa. Pria itu turun setelah meraih box donat di kursi samping.
"Papaaa!"
Anya berlari ke pangkuan papanya. Satu tangannya dia lingkarkan di leher Agam.
"Anya sudah sehat sekarang?"
"Sudah papaa, Anya sudah sehat."
"Pinter, nih papa bawain donat kesukaan kamu."
Anya menerima dengan sukacita. Tanpa mau turun dari pangkuan Agam dia mengambil kantong keresek putih sehingga logo donat favoritnya nampak jelas.
"Makasih papa,"
Agam mengangguk. Dia berjalan masuk ke dalam rumah yang pintunya terbuka itu. Namun langkahnya terhenti begitu anak seumuran Anya menghadangnya.
"Om siapa?" tanya anak cowok itu.
"Ini papa aku, Pan. Papa Agam," sahut Anya.
Epan nampak menilai Agam dari atas sampai bawah.
"Oh kamu Epan? Yang sering di ceritain sama putri om?" Agam mensejajarkan tingginya dengan Epan.
"Iya, aku Epan, Om. Temannya Anya."
Agam tersenyum,"Yaudah yuk masuk,"
Agam menuntun Epan masuk sementara tangan satunya menahan bobot Anya yang berada gendongannya.
Di ruang tamu yang berhadapan langsung dengan ruang makan, Agam dapat melihat kalau Anjali tengah menyiapkan makanan dibantu Reksa.
Agam sempat mematung melihat keakraban mereka. Anjali dan Reksa nampak semakin dekat bahkan mereka tidak segan melempar guyonan yang membuat mereka tertawa lepas. Agam sangat menyesal, dia iri melihat hubungan Anjali dan Reksa saat ini.
KAMU SEDANG MEMBACA
Mengenang Rasa
Romance"Kamu tau Ryanti kan?" Tidak bisa dipungkiri, mendengar nama itu lagi setelah 3 tahun menikah membuat tubuh perempuan yang tengah menata piring di meja makan sempat terhenti. Ryanti. Perempuan pemilik hati suaminya sejak dulu dan mungkin sampai seka...