Extra Chapter : Pertemuan Terakhir

6.6K 110 4
                                    

#CIPIKA-CIPIKI PENGARANG

HAIIII GAESS
GIMANA KABAR KLEAN SEMUA ? GWENCANHA KAN?!

SORRY NIH KALO EXTRA CHAPTERNYA LAMA SOALNYA LGI BANYAK URUSAN DI DUNIA LAEN ;(

SIAPA YANG MASIH BERHARAP AGAM BANGKIT DARI KEMATIAN?
SIAPA YG MAU GAMLI BERAKHIR BAHAGIAAA? cunggg!!!

sorry gaes aku belum bisa kabulin permintaan klean karena aku hanya manusia biyasa;(

BACA AJA YOK EXTRA CHAPTER NYA SEMOGA SUKAA.

***

Anjali menatap pusara di depannya. Rumput liar yang lancang tumbuh di sana pertanda kalau pusara tersebut sudah lama tidak dikunjungi. Agam memang tidak di makamkan di tempat umum melainkan di tanah keluarganya sendiri.

Pagi ini Anjali membawa putranya mengunjungi Agam di peristirahatan terakhirnya. Hanya berdua. Tidak bersama Anya ataupun suaminya.

Agam yang baru berusia 2 tahun berjongkok mengikuti mamanya mengambil daun kering dari atas pusara.

"Mama ini apa?" Tidak lama Agam bertanya sembari menyentuh gundukan tanah di depannya.

"Ini rumahnya Om Agam," jawab Anjali sembari tersenyum kecil.

"Om Agam?" balita kecil itu tidak mampu menyembunyikan keterkejutannya. "Aku dong?" Jari kecilnya mengarah pada dadanya.

Anjali terkekeh, "Om Agam maksud mama adalah orang baik yang mempertaruhkan nyawanya demi orang lain."

"Agam gak ngerti."

Anjali mendekap tubuh Agam. Bibirnya melengkungkan senyum tipis. Anjali maklum karena Agam terlalu kecil untuk mencerna perkataannya. "Suatu saat kamu akan paham, Nak,"

Sudah belasan tahun berlalu, tetapi Agam masih sering mengunjungi ke dalam mimpinya. Entah dia menghibur Anjali ataupun hanya mengatakan kata 'Anjali, saya mencintaimu. Jangan lupakan saya ya'

Walaupun di dalam mimpi, Anjali selalu merasa kalau Agam memang terus di sisinya. Entah kenapa Anjali selalu merasa Agam masih terus mengawasinya sampai sekarang.

"Bang, walaupun tidak banyak kenangan yang kita ciptakan dulu, tetapi aku merindukanmu. Terimakasih sudah pernah datang mewarnai kehidupanku. Sampai sekarang kamu masih menempati tempat di hatiku. Percayalah, aku tidak pernah benar-benar melupakanmu. Terimakasih juga sudah mencintaiku."

Anjali melengkungkan senyuman kecil. Untuk Agam hanya tersisa rasa cinta sebatas cinta ke semua manusia. Walaupun Agam punya tempat khusus di hatinya, bukan berarti Anjali masih mencintainya. Sungguh rasa cintanya sekarang hanya untuk suaminya.

Bagi Anjali, Agam bukan kenangan terindah ataupun kenangan terburuk. Tetapi dengan hadirnya Agam, berhasil menorehkan warna di kehidupannya. Mengajarkan, walaupun ujungnya tidak ditakdirkan bersama tetapi cinta butuh perjuangan.

Walaupun di saat terakhir Agam memilih untuk mencintainya, cinta yang mampu Anjali rasakan hanya melalui mimpi.

Anjali menyeka air matanya.

Anjali mendongak begitu hilir angin menyentuh kulitnya sehingga meninggalkan sensasi sejuk di sana.

Seseorang di dekat nisan--bertuliskan nama lengkap Agam--tersenyum kecil. Pria itu memakai kemeja putih dengan celana putih panjang, dilipat sedikit sampai di atas tumit. Khas Agam sewaktu hidup. Bibir pucatnya melengkung membentuk senyuman.

Anjali terpaku. Matanya yang masih merah menatap sosok itu.

"Bang Agam..."

Seperti di mimpinya Agam akan menyambut keterkejutan Anjali dengan senyuman tipis. Namun, kali ini berbeda, Agam terlihat hidup dan nyata. Tangan pria itu memegang nissan bertuliskan namanya.

Mengenang RasaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang