Dua Puluh Dua

3.8K 139 8
                                    

Dua Puluh Dua : Sudut Pandang Reksa dan Rahasia Baru.

Haloo terimakasih yang sudah baca sampe siniiii 😉👍

Sedih banget viewer MR menurun banget 🙂🥺

Ah boleh dong sarannya gimana buat MR makin seruuu. Soalnya aku juga ngerasa  kurang gitu feel nya, asa makin ngawurr lohh wahahaa. Tapii gapapa lah pengen nyobain punya novel tamat jadi gas keun ajaa wkwkwkwk.

Oh iya, aku usahain update satu minggu sekali ya, at least.

Okey happy reading!!

Btw aku tidak melakukan pengeditan guys sumpah lgi capek bngt ini;v

Mau up malem-malem soalnya ngejar deadline :)

***

Anjali memandang Reksa dari atas sampai bawah. Malam ini pria itu datang ke rumah dengan basah kuyup. Entah apa yang membuat pria itu datang ke sini.

"Maaf,"

Satu kata meluncur setelah hampir 3 menit saling diam. Reksa menunduk tidak berani menatap wajah kecewa Anjali. Dia paham alasan perempuan itu kecewa padanya. Alih-alih mendiamkan Reksa berdiri dengan gemeteran, Anjali menggiring pria itu masuk. Mempersilahkan pria itu duduk sementara dia ke belakang mengambil handuk untuk Reksa sekalian teh manis hangat.

"Tadi aku ada kepentingan mendadak jadi tidak bisa menjemput kamu."

Anjali mengangguk paham. Dia masih mencoba bersabar menunggu kelanjutan Reksa.

"Aku tidak sempat hubungin kamu, karena handphone aku lowbat,"

Anjali tersenyum kecil. "Iya, gak papa kok."

Walaupun Anjali terlihat lebih tenang sekarang, namun Reksa masih tidak enak hati membiarkan perempuan itu menunggunya sendirian.

"Kamu pulang sama siapa?"

Anjali mengembuskan napas pelan.

"Ojek online,"

Tidak lama setelah menyuruh Agam untuk membatasi diri, ojek pesanannya datang. Tanpa mengeluarkan sepatah kata pun Anjali pergi. Bahkan dia tidak sempat melihat air muka Agam waktu itu. Walaupun dia sama Reksa tidak ada hubungan apa-apa namun tetap saja Anjali ingin lebih tegas. Dia tidak bisa mempermainkan dua pria sekaligus.

"Maaf ya sudah bikin kamu nunggu aku."

Anjali mengangguk untuk kesekian kalinya. Kemudian matanya melirik jam dinding besar di atas televisi. "Sudah malam sebaiknya kamu pulang, Sa."

Reksa nampak tidak rela menjauh dari Anjali. Namun benar juga kata Anjali dia harus segera pulang. Apa kata tetangga kalau dia bertamu ke rumah perempuan jam 11 malam? Reksa juga tidak mau kalau ada gosip buruk tentang Anjali.

"Sa," 

Reksa yang hendak menyalakan mesin motornya terhenti, matanya menatap lurus Anjali yang berdiri di teras rumah.

"Apa kamu baik-baik aja?"

Reksa tampak menunduk tidak berani menatap langsung mata Anjali. Mungkin kalau dia tidak melibatkan banyak orang semuanya akan baik-baik saja, pikirnya.

"Aku baik-baik aja, Jal." Reksa mendongak dengan senyuman menenangkan. "Udah malam cepet masuk rumah," titah Reksa kemudian.

"Kalau ada apa-apa kamu bisa kan cerita sama aku?"

Anjali nampak hendak mendekat, namun
sebelum benar-benar menginjakkan halaman, Reksa segera mencegah.

"Diam di situ! Ini lagi gerimis nanti kamu bisa sakit," peringat Reksa. Pria itu mulai menyalakan mesin motornya, "aku juga mau pamit sekarang."

Mengenang RasaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang