Chapter 9

4.1K 205 16
                                    

Beauty: a combination of qualities, such a shape, colour, or form, that pleases the aesthetic sense, especially the sight.

***

"Lo ngapain sih ngomong begitu? Gimana kalo Mamah beneran berangkatin kita ke Mauritius coba?! Aduhh gue nggak tau deh harus gimana." Sepanjang perjalanan pulang usai pesta ulang tahun keponakan Marko, Sea tidak bisa berhenti mengomel. Wanita itu tidak habis pikir dengan tindakan impulsif yang Marko lakukan, Sea malu bukan kepalang.

"Iya, iya. Nanti gue ngomong sama Mamah, lagian gue cuma mau bikin lo kesel doang kok," ucap Marko yang menyetir dengan pandangan ke depan.

Sea melipat kedua tangannya di atas dada, Marko memang berhasil membuatnya kesal. "Masalahnya lo teriak di depan keluarga besar lo. Mereka ya ngiranya pasti beneran," gerutu Sea belum puas menyalahkan Marko.

"Iya Sea, nanti gue urus astaga ...."

Bibir Sea bergerak nyinyir menirukan ucapan Marko sementara tatapan matanya mengarah ke luar jendela. Marko hanya menghela napas panjang setelah melirik Sea singkat. Dalam hatinya ia juga merasa menyesal, bisa-bisanya tanpa berpikir Marko berkata seperti itu. Semua ini gara-gara Raymond.

***

Mengawali minggu pagi yang cerah ini, Sea melakukan yoga mandiri di rumahnya. Selain sangat baik untuk kesehatan tubuh, yoga juga bermanfaat bagi kesehatan mental, apalagi akhir-akhir ini mental Sea sedang gonjang-ganjing, ini juga merupakan salah satu hal yang membuat Sea tetap awet muda. Sea menarik napas panjang lalu menghembuskannya secara perlahan, matanya terbuka begitu mendengar ponselnya berdenting beberapa kali. Ternyata itu pesan grup dari sahabatnya, Safi dan Gina.

Usai membaca pesan tersebut, Sea reflek menepuk jidatnya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Usai membaca pesan tersebut, Sea reflek menepuk jidatnya. Mampus! Sea baru ingat bahwa hari ini adalah hari ulang tahun Gina dan ia diundang untuk datang. Aduh, mana Sea belum memberitahu soal ini kepada Marko, sejak kejadian kemarin ia dan lelaki itu belum berbicara satu sama lain. Sea masih kesal kepada Marko.

Sea pun lantas beranjak untuk mencari Marko, mendadak rasa kesalnya sudah hilang menjadi perasaan panik. Beberapa kali Sea mengetuk pintu kamar lelaki itu namun tak ada suara yang menyahut, rasanya mustahil jika Marko masih tidur di jam-jam seperti ini, akhirnya Sea memutuskan untuk membuka pintu. Tak ada siapapun di dalam sana, hanya ada seonggok selimut yang berantakan. Sea pun mencoba untuk menelpon Marko, tapi lelaki itu tidak menjawabnya.

Ah, benar juga. Mungkin Marko sedang olahraga dan menikmati bubur langganannya. Seraya melangkah Sea membuka media sosial untuk mengecek status Marko. Alangkah terkejutnya begitu Sea melihat timeline yang dipenuhi oleh unggahan foto Marko, jika dihitung jumlahnya lebih dari lima. Ada apa dengan lelaki itu? Tidak biasanya Marko mengunggah foto ke media sosial, bahkan foto yang sudah lama juga dia posting. Sea menggeleng-gelengkan kepala.

***

"Mas Marko. Ini yang dibungkus."

Marko meletakan ponselnya di atas meja, ia mengambil dompet untuk membayar.

My Stranger Husband ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang