I don't need anything. I just want you ....
—Marko***
Di lintasan balapan, Marko melihat motor Ducati hitam melaju ke arahnya hingga kemudian berhenti di hadapannya. Sang pengemudi pun melepaskan helm-nya, ia kemudian turun dari motor.
"Gimana, Mas?" Itu adalah Ezra.
Marko yang melihat performa Ezra yang makin jago pun mengangkat satu ibu jarinya, seraya tersenyum. Ini adalah harga yang harus ia bayar, kepada Ezra yang sudah bersedia menjadi informan untuk Marko. Keduanya pun melangkah untuk mencari tempat duduk.
"Jadi kapan aku boleh ikut riding, Mas?"
Sebenarnya, mengajari Ezra mengendarai motor apalagi motor sport, itu membuat Marko agak ngeri. Ia takut jika Sea tahu, wanita itu akan memarahinya—itu sudah pasti sih— tapi Marko juga terpaksa melakukan itu karena permintaan Ezra. Adik iparnya itu mau memberikan informasi mengenai Sea, asalkan dia diajari mengendarai motor oleh Marko. Karena tidak ada jalan lain, ya sudah, akhirnya Marko dengan berat hati bersedia, meski rasanya harap-harap cemas.
"Mm ... nanti coba tanya temen Mas dulu ya?"
Ezra tersenyum semangat. "Siap Mas!"
"Emang kenapa sih Zra, kok tiba-tiba pengen belajar motor?"
"Seru aja Mas keliatannya, apalagi kalo liat Mas Marko nyetir, wih keren banget deh pokoknya."
Pujian Ezra berhasil membuat Marko terkekeh malu. "Keren apanya ... itu tuh bukan buat gaya-gayaan tau."
"Pokoknya nanti kalo udah kuliah, aku mau minta dibeliin motor aja deh, biar keren kayak DPR Ian."
"DPR siapa?"
Ezra berdecak. "Nggak gaul ah."
Marko menggeleng-geleng lalu mengacak rambut Ezra. "Asal jangan aneh-aneh aja ya? Nanti Mas lagi yang kena semprot Mbak Sea."
"Oh iya, katanya minggu depan Mbak Sea udah mulai masuk kerja."
"Dia nggak bilang kapan mau pulang ke rumah?"
Ezra menggeleng. "Nggak ada sih. Malahan Mbak Sea mau renov kamar katanya."
Marko terbelalak. Apakah artinya Sea tidak akan kembali? Atau dia akan menetap untuk jangka waktu yang lebih lama?
"Emang sampe kapan sih Mas Marko mau marahan sama Mbak Sea?"
Pake ditanya lagi.
"Kayaknya kamu harus nanya itu ke Mbak Sea deh Zra."
"Mana berani ...."
Marko tertawa. "Makanya, kamu bantu Mas dong, biar cepet baikan sama Mbak Sea."
"Gimana caranya?"
Marko terdiam untuk berpikir, dia sudah berusaha untuk berbicara dan meyakinkan Sea, tapi itu belum berhasil membuat Sea memaafkannya. Sea justru makin marah kepada dirinya, terakhir kali saat bertemu di yayasan saja, wanita itu secara terang-terangan menunjukkan ekspresi kesalnya saat melihat Marko muncul.
Sebetulnya, saat itu Marko sengaja datang ke sana dan berinisiatif untuk menjadi donatur, setelah mengetahui dari Ezra bahwa Sea pergi ke yayasan tiap akhir pekan. Niat baiknya itu memang ia lakukan demi bisa bertemu Sea, tapi tentu saja Marko sangat ikhlas untuk menggelontorkan uang dalam jumlah besar untuk berdonasi pada yayasan tersebut. Toh, yang ia lakukan itu bukan pamer, Marko hanya memanfaat situasi. Selain bisa bertemu Sea, ia juga mendapatkan pahala, jadi sekali mendayung dua tiga pulau pun terlampaui.
KAMU SEDANG MEMBACA
My Stranger Husband ✔
Roman d'amour(Warning: Redflag Character) Di mata banyak orang Sea dan Marko itu pasangan yang sempurna. Kaya? Iya. Mapan? Pastinya. Visualnya? Wah jangan ditanya, yang pasti cantik dan tampan. Sudah dibilang bahwa mereka adalah pasangan sempurna bukan? Bahkan d...