"Sea, Papi nggak mau kamu habisin hidup kamu sendirian. Meskipun Papi atau Mami nggak memberikan role model pernikahan yang baik, tapi Papi sangat berharap kamu bisa memiliki keluarga yang bahagia dan menemani kamu sampai tua nanti. Papi nggak akan bisa tenang kalau kamu belum berkeluarga, Sea."
"Tapi gimana kalau nanti Sea nggak bahagia? Terus cerai kayak Mami dan Papi. Bukannya itu lebih buruk dari pada Sea nggak nikah?"
"Se ... dia laki-laki yang baik. Papi tahu betul gimana background keluarganya. Papi juga kenal dia sudah lama, Se."
"Pokoknya Sea nggak mau. Titik!"
"Oke. Kalau gitu, setidaknya bawa lelaki pilihan kamu dan kenalin sama Papi. Papi tunggu sampai minggu depan."
"Pi ... aku—"
"Enough. Papi nggak mau dengar lagi alasan kamu."
***
"Jadi gitu ceritanya. Intinya gue harus cari pacar palsu dalam waktu satu minggu buat dikenalin ke bokap gue." Sea Bhetari menggoyang-goyangkan minumannya, tatapannya tertuju pada botol-botol alkohol yang terpajang rapih di dinding Bar.
"Lo sendiri gimana?" Tanya Sea, ia melirik Marko Salim yang duduk di sampingnya. Ekspresi pria itu tidak kalah kacau dengan dirinya. Tapi tetap saja, sekacau apapun situasinya, Marko tetap tampan meski hanya dilihat dari samping.
Marko yang sedari tadi menunduk, perlahan menatap Sea. Perempuan yang sudah sangat lama tidak dilihatnya, mungkin terakhir kali Marko melihatnya sekitar 8 tahun yang lalu saat acara kelulusan SMA.
"Gue?" Marko kembali menatap lurus dengan pandangan menerawang. "Situasi gue juga kacau ...."
***
"Mau kamu itu apa sih, Marko? Setiap hari kerjaan kamu cuma main-main. Motoran lah, hangout sana sini lah, gonta-ganti cewek udah kayak ganti pakaian. Kamu mau jadi apa?"
"Ini pasti gara-gara Eyang yang terlalu manjain kamu. Harusnya semakin dewasa kamu semakin fokus sama masa depan. Ini bukan waktunya buat main-main lagi, Marko."
Marko duduk di hadapan kedua orang tuanya yang sedang menyidang dirinya.
"Kalo kayak gini terus, terpaksa Papah akan coret kamu dari daftar warisan dan nggak akan ngasih perusahaan ke kamu."
"Pah, nggak bisa gitu dong ... iya Marko janji bakal berubah kok, Pah."
"Janji, janji terus! Bosen Papah dengernya. Udah berapa kali kamu janji tapi masih sama aja. Nggak ada berubahnya."
Marko hanya diam menunduk. Ucapan Michael memang tidak ada yang salah.
"Udah, gini aja. Kalo kamu menikah dan hidup dengan benar, Papah akan warisin perusahan ke kamu. Tapi kalo kamu mau hidup gini aja dan nggak ada perubahan, jangan harap kamu bisa gantiin posisi Papah."
"Nikah?!"
"Papah tunggu sampe minggu depan. Awas ya, jangan coba-coba bohongin Papah sama Mamah. Kita akan cek nanti background pasangan kamu gimana. Kalo nanti kamu bawa cewek nggak jelas, Papah akan sita semua fasilitas kamu."
***
"Ya gitu deh pokoknya. Gue juga disuruh nikah supaya tetep jadi pewaris dan gantiin posisi bokap di perusahaan. Atau kalo nggak, tamat deh masa depan gue." Marko mendesah pasrah seraya menundukan pandangannya.
Sea tidak bisa berkomentar apapun. Mereka sama-sama berada di jalan yang buntu.
"Gue punya ide." Ucap Marko yang tiba-tiba mendongak lalu menatap Sea.
"Apa?"
"Gimana kalo lo sama gue nikah?"
"Hah?!"
KAMU SEDANG MEMBACA
My Stranger Husband ✔
Romance(Warning: Redflag Character) Di mata banyak orang Sea dan Marko itu pasangan yang sempurna. Kaya? Iya. Mapan? Pastinya. Visualnya? Wah jangan ditanya, yang pasti cantik dan tampan. Sudah dibilang bahwa mereka adalah pasangan sempurna bukan? Bahkan d...