Chapter 12

4.2K 187 10
                                    

Brother: an annoying creature, sometimes funny and sarcastic, but a forever friend

***

Di depan cermin Marko menatap penampilan dirinya, sudah beberapa kali ia berganti pakaian tapi merasa tidak ada yang cocok, padahal di lemarinya terdapat banyak pakaian yang ia miliki. Masalahnya kali ini Marko ingin tampil beda dari biasanya, seperti yang sudah diketahui, pakaian Marko untuk bekerja itu sangat kasual jauh dari kata businessman metropolitan, dan sekarang Marko ingin mencoba menggunakan setelan rapih dengan rambut klimis, serta sepatu pantofel yang mengkilap. Tapi, sudah lebih dari satu jam tidak ada satu setelan pun yang membuat Marko nyaman dan terlihat cocok. Sedari tadi ia berbicara sendiri mengomentari penampilannya.

"Too much."

"Ini malah kayak orang mau kondangan."

"Serba hitam gini nanti dikira mau ngelayat lagi."

"Aduh Marko ... lo mau kerja atau fashion show sih?" Marko menggerutu frustasi, ia melepas jasnya lalu melemparnya ke tumpukan pakaian yang ada di ranjangnya, kamar Marko terlihat kacau pagi ini. Ia pun hanya bisa mendengus lelah, dalam kepalanya terbayang Sea yang semalam diantarkan pulang oleh Raymond. Tanpa sadar tangannya mengepal, awas saja, Marko juga bisa menyaingi Raymond.

***

Dari kamarnya, Sea baru saja keluar, ia sudah siap untuk pergi bekerja, tapi langkahnya terhenti ketika ia melihat Marko yang juga baru keluar dari kamarnya. Keduanya saling menatap, tapi pandangan Sea bergerak menatap Marko dari ujung kaki hingga kepalanya. Dahinya mengerut heran.

"Lo– ada acara apa?"

Marko berdiri dengan satu tangannya dimasukkan ke saku celana, sementara satunya membawa tas kerja. Akhirnya ia memilih setelan abu-abu dan kemeja putih.

"Nggak, nggak ada acara apa-apa." Marko berusaha bersikap santai di hadapan Sea.

"Oh ... gue kira ada acara apaan."

"Yaudah, gue berangkat dulu. Bye." Marko berjalan mendahului Sea.

"Eh, gue nebeng dong!" Sea membuntuti Marko yang menuruni tangga.

Marko menoleh singkat tanpa menghentikan langkahnya. "Mobil lo kemana?"

"Dibawa ke bengkel. Bannya bocor."

"Oh ...." Marko mengangguk-angguk hingga tiba-tiba ia menghentikan langkahnya, hal itu membuat Sea yang berada di belakang Marko menabrak punggung lelaki itu.

"Aduh! Lo kenapa sih?!"

Perlahan Marko memutar tubuhnya menghadap Sea. Matanya memicing menatap perempuan itu. "Berarti lo semalem ... pulang sama Raymond itu ... karena ban mobil lo bocor?"

Sea mengangguk. "Iya, gue nggak sengaja ketemu dia waktu abis makan malem sama Safi dan Gina."

Satu alis Marko naik, lelaki itu terlihat menahan senyumnya lalu ia kembali melanjutkan langkah.

"Eh, tapi kok lo tau kalo semalem gue dianterin Pak Raymond?"

Marko melangkah dengan ringan seraya mengayun-ayunkan tas kerjanya, ia tidak menjawab pertanyaan Sea. Tapi tanpa Sea ketahui kini Marko sedang tersenyum lebar seolah ada pelangi di matanya.

***

"Pagii."

Kehadiran Marko pagi ini sukses menyita perhatian para karyawannya hingga mereka tidak bisa mengalihkan perhatiannya sampai Marko duduk di bangkunya. Tentu saja itu karena penampilan Marko yang tidak seperti biasanya, bahkan ketika ada acara atau rapat penting Marko hanya mengenakan kaos lengan panjang atau kemeja saja, tapi kali ini penampilannya rapih layaknya bos-bos perusahaan besar. Dia semakin terlihat tampan dan berkharisma.

My Stranger Husband ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang