Pasti berat banget ya?
— Sea***
Dalam hidup Sea, tidak pernah terpikir olehnya untuk memiliki anak— jangankan anak, menikah saja sebenarnya Sea tidak mau jika bukan karena situasi yang memaksanya. Entahlah, menurut Sea, menjadi seorang ibu itu adalah tugas dan pekerjaan yang sangat sulit di dunia ini. Bayangkan saja, seorang ibu harus mengurus bayi kecil hingga tumbuh besar, kemudian harus bisa mendidiknya agar menjadi manusia yang benar. Menjadi seorang ibu itu adalah tugas yang tidak akan berkesudahan sampai akhir hayat nanti. Membayangkannya saja membuat Sea menciut. Tanggung jawab seorang ibu itu sangat besar, dan Sea belum siap untuk membawa tanggung jawab sebesar itu.
"Sea!"
Mata Sea mengerjap. Ia sedari tadi berdiri melamun menatap ke arah toko perlengkapan bayi, ketika mendengar namanya dipanggil, Sea pun menoleh. Bibirnya melengkung membentuk senyum lebar kala melihat Safi menghampirinya.
"Udah dari tadi?"
"Nggak, kok. Gue juga baru sampe."
"Kita cari makan dulu yuk!" Ajak Safi seraya menggandeng lengan Sea. Mereka pun melangkah menuju eskalator.
"Itu baru ya? Perasaan terakhir gue kesini masih jadi toko sepatu."
Pandangan Safi mengikuti arah tatapan Sea yang tertuju pada toko perlengkapan bayi. "Maybe ... Gue juga baru ngeh." Safi menatap kedepan. "Mau makan apa Se?"
"Ramen?"
"Aduhh bosen banget. Tiap keluar sama lo pasti makan rameh," rengek Safi membuat Sea tertawa.
"Yaudah terserah lo deh ...."
***
"Gina jadi ikut?" Tanya Sea seraya membolak-balik daging diatas panggangan. Mereka akhirnya memutuskan untuk makan di Restoran Suki and Grill. Safi yang bertugas untuk memasak sup rebusan.
"Jadi, katanya abis sama Rico langsung nyusul kesini." Safi meletakkan capitan setelah memasukkan berbagai sayur dan isian lain ke panci rebusan.
Sea mengangguk-angguk, ia mengambil selada, mengisinya dengan daging dan saus lalu dilahapnya.
"Kadang lo kasian nggak sih sama Gina?"
Sea menelan kunyahannya, ia mengangguk. "Ya ... mau gimana lagi Saf, Ginanya juga bucin banget sama Rico."
"Iya sih ... padahal dia tuh banyak yang ngantri. Lo bayangin, sepupu gue baru ketemu sekali sama dia aja langsung kepincut." Ucapan Safi berhasil membuat Sea tertawa. Yaa memang nggak heran, Gina soalnya cantik banget, dia juga tipikal wanita mandiri yang dewasa dan kuat. Dari dulu, kalau mereka lagi ngumpul atau nongkrong, pasti Gina yang banyak mencuri perhatian para kaum adam.
"Susah emang kalo udah menyangkut restu orang tua."
"Rico-nya aja jadi cowok kurang tegas."
"Mungkin dia juga dilemma. Mau durhaka, takut nggak dapet warisan. Mau ninggalin Gina, tapi dianya juga cinta. Yaa we never know lah gimana posisi dia."
"Nah itu, harusnya dia bisa milih apapun konsekuensinya. Kalo kayak gini terus 'kan kasian Gina-nya."
Sea hanya bisa mengangguk-angguk. Memang benar juga apa yang Safi katakan.
![](https://img.wattpad.com/cover/341033192-288-k317533.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
My Stranger Husband ✔
Romance(Warning: Redflag Character) Di mata banyak orang Sea dan Marko itu pasangan yang sempurna. Kaya? Iya. Mapan? Pastinya. Visualnya? Wah jangan ditanya, yang pasti cantik dan tampan. Sudah dibilang bahwa mereka adalah pasangan sempurna bukan? Bahkan d...