Chapter 17

3.5K 155 10
                                    

But I really love her ...
— Marko

***

"Gara-gara cerita Mamah tadi, gue jadi inget, dulu waktu SD kelas 6 lo pernah ngasih surat cinta ke gue 'kan? Aslinya gue tau sih, itu dari lo, keliatan dari tulisannya yang kayak cacing. Tapi gue pura-pura nggak tau aja, soalnya gue males banget dulu sama lo. Hahah." Sea tertawa mengingat-ingat memori masa kecilnya dulu bersama Marko. Saat ini ia dan Marko sudah dalam perjalanan pulang menuju rumah.

Menyadari tak ada respon apapun dari Marko, Sea melirik lelaki tersebut yang ternyata sedang terdiam dengan tatapan lurus tanpa ekspresi.

"Marko?" Dahi Sea mengerut, ia pun menyentuh lengan lelaki itu, "Marko?"

Merasakan sentuhan Sea membuat Marko tersentak, lamunannya lansung buyar. Ia mengerjapkan mata beberapa kali.

"Lo kenapa?" Sea terlihat khawatir. Tumben sekali Marko bersikap seperti ini, padahal saat makan malan tadi lelaki itu masih terlihat baik-baik saja.

"Nggak ... nggak apa-apa kok."

"Serius?"

Marko melirik Sea sekilas lalu mengangguk. "Iya gue nggak apa-apa."

Sea pun mengangguk samar, ia akhirnya memilih untuk diam mendengarkan lagu yang sedang berputar seraya menikmati perjalanan menuju rumah.

Sementara itu, di sisi lain, Marko sedang berperang dengan batin dan pikirannya. Ia benar-benar kehilangan fokus setelah mendengar kabar dari Hani. Perasaannya campur aduk tidak karuan, ia tidak tahu harus bagaimana dan melakukan apa. Marko masih sangat terkejut dan berusaha mencerna situasinya saat ini.

Dalam hatinya Marko tidak berhenti memaki dirinya. Berbagai sumpah serapah ia keluarkan. Sial. Benar-benar sial. Semoga saja semua ini hanya mimpi.

***

Terlalu sibuk dengan pikirannya sepanjang perjalanan, Marko sampai tidak menyadari bahwa kini Sea sudah terlelap. Melihat tidurnya yang nyenyak, membuat Marko tidak tega membangunkannya, untuk sejenak ia hanya menatap Sea. Betapa cantiknya wanita tersebut, meski ia tertidur dengan kondisi bibir ranumnya yang sedikit terbuka, tapi Sea selalu cantik di mata Marko. Marko pun menghela napas berat.

"Sea ... bangun, udah sampe." Marko memegang lengan Sea seraya mengguncangnya perlahan.

Perlahan Sea membuka matanya, ia pun menguap lalu kembali menegakkan tubuhnya. "Oh udah sampe ya?"

Melihat ekspresi Sea pasca bangun tidur membuat Marko terkekeh pelan. "Iya ... udah sampe."

Dalam kondisi masih setengah sadar, Sea melepas sabuk pengamannya. Ia lalu membuka pintu dan keluar dari mobil.

"Gue mau pergi dulu sebentar. Kunci aja pintunya."

Sea menoleh pada Marko, ia awalnya terdiam namun kemudian mengangguk. "Lo bawa kunci serep 'kan?"

Marko tersenyum seraya mengangguk.

"Oke. Take care," gumam Sea menutup pintu mobil dan melangkah masuk ke rumah.

Melihat Sea yang sudah masuk, Marko pun kembali pergi. Ada masalah besar yang sudah menunggunya di depan sana.

***

Tubuh Marko tak berkutik, ia hanya terdiam dengan tatapan terkejut. Test pack yang ada di tangannya menunjukkan tanda positif. Ia mengerjapkan matanya beberapa kali, berharap bahwa apa yang ia lihat itu salah, namun ternyata hasilnya tetap sama. Hani dinyatakan positif hamil. Marko pun menelan salivanya, ia kembali menatap Hani yang kini berada di hadapannya. Saat ini Marko sedang berada di Apartemen milik Hani.

My Stranger Husband ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang