Chapter 28

3.4K 158 18
                                    

Ruminate: to think deeply about something

***

Pasca hari itu, dimana Marko untuk pertama kalinya membuat Mega menangis, ini adalah pertemuan perdana mereka. Di rumah keluarga Salim, Marko bertemu dengan Mamah-nya dan dua kakak perempuannya. Ia sudah tahu apa yang akan terjadi selanjutnya, yaitu disidang oleh ketiga wanita itu, dan Marko sudah pasrah menghadapi makian atau apapun perkataan mereka.

"Ini, kalo Papah tau, bisa-bisa beliau murka loh." Rachel kakak pertama Marko duduk melipat kedua tangan di bawah dada.

"Wah, bukan murka lagi. Auto diblacklist  jadi anak pastinya," timpal Olive si Kakak kedua.

Marko yang hanya duduk dengan wajah tak bersemangat hanya mendengarkan perkataan mereka. Tidak ada minat membalas atau membela diri.

"Udah, udah. Sekarang yang terpenting adalah pernikahan Marko dan Sea. Coba, Mamah mau denger apa keputusan kamu buat kedepannya."

Marko akhirnya menghela napas, ia menegakkan duduknya lalu menatap Mega. "Aku akan pertahanin pernikahan aku sama Sea, gimanapun caranya."

"Terus selingkuhan kamu yang hamil itu gimana?" Tanya Rachel.

"Kak, dia bukan selingkuhan aku."

"Ya tetep ajalah, namanya kamu orang udah nikah, apapun hubungannya, kalo udah sampe deket, apalagi bikin hamil, itu selingkuh artinya."

Tidak ingin berdebat, Marko hanya menghela napas seraya memalingkan pandangannya.

"Udah, udah." Mega kembali menengahi anak-anaknya, wajar kalau dua anak perempuannya itu kesal kepada Marko, bagaimana pun tingkah adiknya sudah kelewatan. Apalagi mereka sama-sama perempuan, dan bisa membayangkan bagaimana perasaan Sea dalam situasi seperti ini.

"Sejauh ini, sebelum anak itu lahir, kita nggak bisa menyimpulkan kalau bayi itu adalah anak kandung Marko. Oleh karena itu, sekarang Hani ada dalam wilayah mamah. Dia akan mamah awasi sampai dia melahirkan, dan kamu Marko, sebaiknya kamu fokus untuk memperbaiki hubungan kamu dan Sea kalau kamu nggak ingin melepaskan dia."

Marko menangangguk dengan pandangan tertuju ke bawah.

"Sebenarnya, apa sih yang ada di kepala kamu, sampe kamu berani ngelakuin itu semua?" Pertanyaan Olive berhasil membuat Marko menatapnya, ia melirik mamah-nya dan berpikir—sepertinya Mega tidak bercerita apapun soal pernikahan Marko dan Sea yang sebenarnya. Ia pun kembali menatap Olive, entah mengapa disalahkan oleh keluarga yang tak mengetahui apapun mengenai dirinya ternyata lebih menyakitkan.

"Kakak tau nggak, dulu alasan aku sama Sea nikah itu kenapa? Karena kita nggak sama-sama cinta. Dulu Papah selalu nge-push aku buat cepet-cepet nikah, kalo nggak, semua fasilitas dan aset aku bakal diambil, Papah juga ngancem bakal coret aku dari daftar pewaris." Matanya terpejam sejenak, lalu kembali menatap Olive dan Rachel. "Kak, aku nggak punya apa-apa selain harta dari keluarga ini. Aku cuma mau pertahanin hak yang aku punya. Kalo seandainya dulu Papah nggak larang aku buat jadi pembalap, aku pasti nggak akan peduli soal warisan itu."

"...."

"Kadang aku suka iri sama Kak Rachel, Kak Olive. Papah nggak pernah larang kemauan kalian, selalu bebasin pilihan kalian. Sedangkan aku? Dari kecil selalu dibilang, Marko calon pewaris Salim Group, Marko harus bisa sesukses Papah-nya, Marko yang nanti akan nerusin bisnis keluarga ini. Aku sampe muak tau nggak kak, denger kata-kata itu. Seolah seluruh tanggung jawab dan masa depan keluarga ini ada di pundak aku, dan aku harus bisa jadi sesukses Papah." Sejenak Marko terdiam untuk menghirup napas dan meredakan rasa sesak di dadanya. "Dan kenapa aku dan Sea itu nikah, padahal kita nggak sama-sama cinta? Karena dengan begitu, kita nggak perlu nyakitin satu sama lain. Kita juga punya tujuan masing-masing, aku dan warisan, dan Sea yang dulu hampir dijodohin sama Papi-nya. Win-win solution, buat aku dan Sea." Marko memalingkan pandangannya ke arah lain. "Tapi siapa sangka, ternyata akhirnya, aku duluan yang jatuh cinta sama dia."

My Stranger Husband ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang