Chapter 29

3.5K 163 18
                                    

Rasanya hari ini menjadi hari yang panjang untuk Marko dan Sea. Begitu mereka sampai di rumah, keduanya lantas duduk di sofa ruang tengah. Tanpa berbicara dan hanya sibuk dengan pikiran mereka masing-masing. Kehilangan orang terdekat untuk selamanya adalah hal yang sangat berat, apalagi jika ada banyak momen atau kenangan yang sudah dihabiskan bersama. Dunia pasti tidak akan sama lagi, meski waktu terus berjalan dan kehidupan harus dijalani seperti biasa, semua tetap akan terasa berbeda dan mungkin lebih menyiksa.

Marko melirik Sea yang duduk di sebelahnya, ia tidak bisa membayangkan bagaimana dunianya tanpa Sea. Dalam hati ia hanya bisa berharap, semoga di kehidupannya kali ini Marko bisa bersama-sama dengan Sea selamanya.

"Marko?"

Lamunan Marko buyar, ia mengerjapkan matanya. "Hm?"

"Gue mau tanya ... waktu Hani tinggal di sini perasaan lo gimana?"

Sejenak Marko terdiam, ia sebenarnya malas untuk membahas soal wanita itu, apalagi setelah insiden tadi siang, Hani tiba-tiba datang dengan karangan bunga yang berhasil menyita perhatian banyak orang.

"Gue nggak punya perasaan apa-apa sama dia. Semua yang gue lakuin cuma sebatas tanggung jawab doang, that's all."

"Waktu dia bilang, nggak punya hubungan apa-apa sama Aryo Saputra, gue sempet percaya. Tapi setelah hari ini, gue jadi mikir-mikir lagi dan nggak mau percaya sama dia sepenuhnya."

"Se, seharusnya lo nggak perlu terlibat sama masalah ini, lo juga nggak perlu ngelakuin apa-apa. Tapi, lo justru ngelakuin semua itu demi gue. Tau nggak, lo terlalu baik Sea ...."

"Gue nggak sebaik itu. Ada kalanya gue nyesel udah bawa Hani kesini, gue juga pernah nggak suka sama dia karena terlalu deket sama lo. Mungkin yang Hani bilang itu bener, selama ini gue sok innocent tapi tanpa sadar sebenernya gue itu egois."

Marko bergeser lebih dekat, ia menatap iris mata Sea lekat lalu meraih satu tangan Sea untuk digenggamnya. "Sea ... kita akan selalu salah di mata orang yang benci sama kita. Menurut gue, nggak ada yang salah sama sikap lo. Semua pasti ada alasannya."

Sea hanya terdiam menatap Marko, lalu perlahan bibirnya membentuk senyum tipis. Setidaknya kata-kata Marko dapat membuat perasaannya lebih tenang.

***

"Welcome back, Sea." Pak Guntur menyambut dengan senyum cerah di hari perdana Sea setelah ia mengambil cuti yang lama. Karyawan yang lain pun melakukan hal serupa, seolah ia sudah sangat merindukan sosok Sea.

"Terima kasih, Pak."

"Selamat kembali bekerja ya, ada banyak klien yang kangen sama kamu loh, Se."

Sea tergelak, lalu mengangguk-ngangguk. "Siap, Pak."

"Kalau begitu, saya lanjut kerja dulu, yang lain juga selamat bekerja ya."

"Baik Pak!!"

Sea pun menarik kursi kerjanya, ia duduk dan menyalakan komputer.

"Mbak Sea! Seneng banget akhirnya bisa liat Mbak kerja lagi." Mita datang ke meja Sea dengan wajah sumringah.

Sea tersenyum, ia merasa berterima kasih padanya karena Mita adalah salah satu rekan kerja yang sangat mengkhawatirkan kondisi Sea saat sakit kemarin. Sea meraih tangan Mita, menatapnya dengan tulus.

"Makasih banget ya, Mit, kamu yang paling care waktu aku sakit kemarin ...."

"Sama-sama, Mbak. Jangan lupa makan yang banyak juga ya, Mbak kurusan soalnya."

My Stranger Husband ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang