Chapter 31

3.8K 156 39
                                    

Rumah yang sudah ditempati selama tiga tahun itu terasa asing untuk Marko. Sejak baru sampai, ia hanya mengedarkan pandangannya ke sekitar seolah sedang menyesuaikan diri dengan suasana rumah tersebut. Sementara itu, layaknya penghuni baru, Sea menemani Marko untuk berkeliling sekitar rumah, hingga kini ia berada di kamar lelaki itu. Meja kerja, ranjang, dan lemarinya terlihat begitu rapih karena tidak pernah disentuh pemiliknya selama satu bulan lebih. Di tengah-tengah ruangan Marko berdiri, ia masih belum membuka suara sejak baru sampai tadi.

"Kenapa kita pisah kamar?" Itu adalah hal pertama yang Marko tanyakan.

"Mm ... karena itu kesepakatan kita dulu."

"Kesepakatan? Jadi kita menikah bukan karena saling cinta?"

Sea menggeleng dengan berat. "Bukan, kamu nikah sama aku biar kamu bisa dapetin warisan, sedangkan aku mau nikah sama kamu buat menghidari perjodohan yang direncanain sama Papi aku."

Marko terdiam, ia memalingkan pandangannya dari Sea. Emosi lelaki itu benar-benar tak bisa terbaca, ekspresinya selalu dingin dan dia tidak banyak berbicara. Sangat berbeda dengan Marko yang dulu.

"Kalo gitu, kamu bisa istirahat. Aku ke bawah dulu, buat siapin makan malem."

Marko tak memberikan respon apapun, ia hanya menatap gambar-gambar yang tertempel di sudut ruangan dimana meja kerjanya berada. Hingga Sea akhirnya melangkah keluar dari kamar Marko.

***

Menu makan malam yang sedang Sea siapkan adalah tongseng ayam—makanan kesukaan Marko, mungkin saja melalui makanan kesukaannya Marko bisa merasa familiar. Sea merasa kasihan melihat kondisi Marko saat ini yang diliputi kebingungan, situasi ini, suasana ini, semuanya pasti membuat Marko merasa asing. Lelaki itu bahkan tak mengenali dirinya sendiri, ia benar-benar seperti orang asing yang hadir di hidup Sea, dan tugas Sea adalah membantu Marko secara perlahan dapat mengenali dirinya dan kehidupannya.

Di meja makan Marko dan Sea duduk berhadapan, diam-diam Sea memperhatikan lelaki itu yang terlihat menikmati makanannya. Marko tidak berkomentar sama sekali, ia hanya diam hingga makanan di piringnya habis.

"Gimana? Suka nggak?"

Usai meneguk air putih, Marko mengangguk. "Suka."

Tanpa sadar Sea tersenyum. Ternyata selera Marko masih belum berubah.

Marko pun beranjak dari duduknya, ia kemudian berpamitan untuk langsung masuk ke kamarnya dan Sea hanya dapat menatap kepergian lelaki itu. Dingin. Suasana antara dirinya dan Marko begitu canggung. Mungkin lelaki itu masih membutuhkan waktu untuk beradaptasi.

***

Di sudut ruangan, tepatnya di kursi kerja Marko duduk seraya melihat-lihat isi sketch book-nya. Ada banyak goresan gambar disana, namun lebih banyak gambar seorang perempuan. Mulai dari perempuan itu yang sedang tersenyum, saat ia sedang menatap hingga gambar perempuan yang terlelap. Perhatian Marko tersita pada gambar wanita yang terlelap itu, di sudut kertas ia melihat tanggal 14 April, artinya itu adalah sebulan yang lalu. Apakah Marko menggambarnya sebelum mengalami kecelakaan yang membuat dirinya kehilangan ingatan?

Dahi Marko mengerut dalam, ia teringat kata-kata Sea bahwa mereka menikah atas dasar kesepakatan. Tapi mengapa rasanya Marko begitu dekat, apalagi gambar-gambar yang ia lihat ini seperti menunjukkan bagaimana perasaan Marko terhadap Sea. Semakin memikirkan itu kepala Marko rasanya makin pusing, ia tidak dapat mengingat apapun. Hanya ada bayangan hitam dan putih dalam bayangannya. Akhirnya Marko memutuskan untuk menutup buku tersebut dan beranjak menuju ranjangnya.

***

Hari-hari yang Sea dan Marko habiskan rasanya tidak berarti apa-apa. Bahkan hubungan yang Sea bayangkan sebelumnya akan lebih dekat, nyatanya justru makin menjauh. Saat ini Marko cenderung menutup diri, ia lebih suka menghabiskan waktunya seorang diri, tidak pernah lagi mengobrol dengan Sea seperti dulu. Komunikasi sehari-hari yang keduanya lakukan hanya sekedar menyapa singkat lalu selesai begitu saja. Terlebih Sea sibuk bekerja, waktunya yang tersedia di rumah tidak cukup membuat dirinya bisa dekat dengan Marko, karena saat ia di rumah, Marko pasti sedang mengurung diri di kamar dan tidak ingin diganggu. Saat Sea berusaha untuk mendekat, namun Marko justru menarik diri. Lelaki itu seolah memiliki dunia sendiri dan secara kasat mata menciptakan batas dengan Sea. Entah sampai kapan situasi seperti itu akan berlangsung.

My Stranger Husband ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang