Chapter 22

2.9K 152 41
                                    

1 bulan,

2 bulan,

3 bulan,

Tak terasa waktu berlalu begitu saja. Tidak banyak perubahan yang terjadi pada kehidupan dua insan manusia dengan segala permasalahan hidupnya. Marko sudah resmi menjabat sebagai CEO. Tentu saja ia semakin sibuk, waktunya lebih banyak untuk bekerja, tapi itu semua tidak membuat Marko serta merta melupakan orang-orang di sekitarnya— mungkin ada tapi tidak semua ia lupakan. Sedangkan Sea, wanita itu tidak jauh berbeda dengan Marko, dia juga sibuk bekerja, begitu sampai di rumah, Sea langsung mengurung dirinya di kamar dan berkutat dengan pekerjaan.

Semenjak ada Hani, tugas untuk mengurus rumah semakin ringan. Bahkan hampir beberapa bulan belakangan ini Sea tidak lagi menyentuh pekerjaan rumah selain kebutuhannya sendiri, seperti membersihkan kamar atau mencuci bekas makannya sendiri. Semua pekerjaan rumah itu sudah ditangani oleh Hani. Sea tidak pernah menyuruh Hani untuk melakukannya, itu adalah keinginan Hani sendiri dan Sea tidak bisa mengaturnya. Selain itu, hanya Hani yang sepanjang hari berada di rumah, mungkin dengan melakukan pekerjaan rumah Hani bisa mengurangi rasa bosannya.

Hani, dia masih tinggal di rumah ini, jangan tanya kenapa, itu memang terjadi begitu saja seolah mereka sudah terbiasa dengan kehadiran satu sama lain. Selain itu, kandungan Hani juga semakin membesar, rasanya jahat sekali jika membiarkan dia tinggal sendiri sementara ayah dari bayinya ada di rumah ini. Marko juga setuju bahwa Hani sebaiknya tinggal di rumah tersebut, menurutnya itu lebih efisien sehingga ia tidak perlu bolak-balik, apalagi dirinya sangat sibuk. Hanya saja, dari semua hal itu, ada yang perubahannya sangat terasa bagi Sea dan Marko. Yaitu hubungan mereka.

Sea baru sampai di rumah ketika pukul 8 malam, pemandangan yang ia lihat pertama kali adalah Marko dan Hani yang sedang duduk di ruang tengah, terdapat berbagai makanan dan snack di atas meja. Sea menatap keduanya bergantian.

"Lagi ada acara apa ini?"

"Sea, ayo gabung, kita mau nonton, ada series baru yang seru loh," ucap Hani. Marko yang duduk di sebelahnya dengan pakaian santai hanya mengangguk-angguk seraya tersenyum, seolah meminta Sea juga untuk bergabung.

Sea pun menengok ke arah televisi, ia kembali menatap mereka. "Oke. Gue mandi dulu." Ia pun melangkah pergi menuju kamar.

30 menit kemudian Sea kembali untuk bergabung dengan mereka. Duduk di sofa yang sama, bersebelahan dengan Marko yang kini posisinya berada di tengah-tengah. Sudah cukup lama Sea tidak menghabiskan waktu santai seperti ini, terlebih besok sudah akhir pekan, Sea pikir tak apa untuk rehat sejenak dari pekerjaannya yang masih menumpuk.

Tanpa berbicara Marko menawarkan pizza kepada Sea, lelaki itu menunjukkan senyumnya sehingga membuat Sea menerima dengan membalas senyuman Marko. "Thanks," lirih Sea. Saking jarangnya berbicara dan menghabiskan waktu bersama Marko, Sea sampai merasa sedikit canggung dengannya, apalagi hubungan keduanya itu dulu seperti Tom dan Jerry, tapi sekarang justru berubah, mereka tidak pernah ribut lagi seperti dulu.

Sepanjang series berputar,  Sea tidak hanya bisa fokus menonton, pendengaran dan perhatiannya diam-diam terdistraksi pada hal lain, yaitu Marko dan Hani. Alasannya karena sepanjang menonton, mereka tidak bisa diam, keduanya secara bergantian memberikan komentar terhadap series tersebut, dan menanggapinya satu sama lain, belum lagi celotehan lainnya. Keakraban mereka terlihat seperti pasangan dan dunia hanya milik mereka berdua, sementara Sea, kehadiran dirinya justru seperti orang ketiga yang tidak dianggap.

Sea berusaha untuk berpikir positif dan tenang, mungkin saja hubungan mereka sejak dulu memang seperti itu, Marko dan Hani pasti sangat dekat. Ditambah lagi sekarang Hani sedang hamil, maka sangat wajar jika Marko begitu perhatian terhadapnya. Mulai dari mengambilkan minum, mengambilkan tisu, membantu mengelap makanan yang tak sengaja terjatuh di baju Hani, serta perhatian Marko kepada Hani yang lainnya.

My Stranger Husband ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang