Chapter 24

3K 172 38
                                    

Lo salah paham sama gue.
—Sea

***

Suara pintu terbuka mengalihkan perhatian Hani yang sedang membuat susu untuk ibu hamil, dari dapur ia beranjak untuk melihat, nampaknya itu adalah Marko, dan Hani sudah tidak sabar untuk menyantap rawon yang ia titipkan kepada lelaki itu. Namun, saat di ambang pintu dapur, ia melihat Sea muncul berjalan melewatinya begitu saja, tanpa menyapa atau menoleh, wanita itu langsung masuk ke kamarnya dan menutup pintu dengan kencang. Pandangan Hani lalu teralih pada Marko yang datang menyusul, ekspresi lelaki itu tak kalah dingin, ia melangkah dengan cepat, dan seperti Sea, ia melewati Hani begitu saja, lalu masuk ke kamarnya dan menutup pintu dengan kencang. Tubuh Hani mematung dengan pandangan terpana. Sudah pasti ada sesuatu yang terjadi di antara mereka, atmosfir keduanya sangat tidak bersahabat.

Hani mengetuk pintu kamar Marko beberapa kali, namun tidak ada respon dari si empunya. "Mark, ini gue." Setelah ia mengatakan itu, tak lama pintu pun terbuka. Lelaki itu baru saja selesai mandi, terlihat dari rambutnya yang masih basah, namun ekspresinya masih belum bersahabat.

"Sorry, gue tadi lupa beli titipan lo."

"It's okay, nanti gue pesen online aja. Ada sesuatu yang terjadi?"

Marko dengan cepat menggeleng. "Gue mau langsung istirahat."

Hani hanya mengangguk seraya tersenyum, Marko pun menutup pintu kamarnya. Perlahan Hani menghela napas, ia masih berdiri di antara kamar Marko dan Sea. Entah mengapa melihat situasi hubungan mereka membuat Hani merasa tidak enak hati, apakah alasan keduanya seperti itu adalah dirinya?

Sementara itu, Sea di kamarnya terduduk di tepi ranjang, entah sudah berapa kali ia harus bolak-balik kamar mandi akibat rasa sakit pada perut dan pinggang disertai diare, dokter mengatakan bahwa itu adalah gejala dari penyakitnya. Ia menunduk lemas seraya mengatur ritme nafasnya. Masih jelas dalam kepalanya bayangan ketika Marko mengatakan bahwa lelaki itu akan segera mengurus perceraian mereka. Harusnya Sea senang, tapi entah mengapa malah sakit hati yang ia rasakan. Apalagi perkataan Marko yang seolah-olah membuangnya begitu saja, setelah ia mendapatkan apa yang diinginkannya. Meski itu adalah kesepakatan mereka, tapi Sea tidak pernah membayangkan bahwa akhir hubungannya dengan Marko menjadi buruk seperti ini.

Sea sudah tidak memiliki tenaga untuk menangis lagi, ia benar-benar kehabisan energi, akhirnya yang Sea lakukan yaitu berbaring, berusaha memejamkan mata dan melupakan semua permasalahannya untuk sejenak.

***

Hari ini, Sea kembali masuk kerja hanya setengah hari. Semenjak kondisinya tidak sehat, sudah beberapa kali Sea melakukan itu dan untungnya Pak Guntur mengerti. Terlebih sekarang Sea sangat pucat dan lemas, sorot matanya bahkan terlihat kabur, akhirnya karena itu dia pun langsung dibawa ke rumah sakit dan diantarkan oleh Mita.

Begitu sampai di UGD dan diperiksa, ternyata jumlah hemoglobin Sea terlalu rendah dan perlu mendapatkan transfusi darah.

"Mit, kamu balik ke kantor aja. Aku udah nggak apa-apa kok," ucap Sea yang terbaring lemah di ranjang selagi menunggu transfusi darahnya selesai.

"Terus Mbak Sea gimana?"

"Nanti ada keluarga aku yang dateng ke sini." Alibi Sea.

"Ya udah, kalo gitu aku di sini sampe keluarga Mbak dateng."

"Mita ...." Sea tidak ada tenaga lagi untuk berdebat, tapi dia tidak mau merepotkan orang lain apalagi di tengah-tengah kesibukannya. "Udah kamu balik aja, aku beneran nggak apa-apa, serius."

My Stranger Husband ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang