6. Bertemu Teman Lama

6.2K 699 54
                                    

"Apa hilang ingatan itu benar-benar ada Mark?" Jeno menangkis bola tenis dengan kuat ke arah lawannya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Apa hilang ingatan itu benar-benar ada Mark?" Jeno menangkis bola tenis dengan kuat ke arah lawannya.

"Maksudmu Renjun hilang ingatan?" Mark membalas serangan Jeno tak mau kalah.

Sudah menjadi rutinitas bagi Jeno dan Mark untuk bermain tenis setiap Sabtu sore. Tidak ada alasan khusus. Kebetulan sepasang sahabat itu suka berolahraga sekaligus membicarakan berbagai hal yang tidak bisa didiskusikan di kantor.

"Sepertinya begitu. Dia benar-benar tidak ingat padaku." Kali ini pukulan Jeno berhasil memberinya skor lebih unggul dari Mark. "YESS!" Soraknya bangga.

Dengan langkah gontai Mark mengambil bola tenis yang menggelinding hingga keluar lapangan. "Yah, itu bisa terjadi sih. Tapi apa kau tahu apa yang menyebabkannya hilang ingatan?"

Jeno terdiam sejenak sebelum menjawab. Kedua matanya yang sudah kecil tampak lebih sipit di bawah sinar matahari yang cukup terik. "Entahlah. Sampai sekarang pun aku masih tidak tahu kenapa dia pergi malam itu? Arrgh, semua ini sangat membingungkan!"

Mark menggelengkan kepala sebelum melontar bola ke udara dan memukulnya dengan santai. "Kau berencana untuk mendekatinya lagi?"

"Aku sedang mencari cara yang tidak terlalu mencolok. Renjun sudah punya kekasih." Pukulan Jeno melemah, mood-nya tiba-tiba hilang untuk menyelesaikan permainan.

Mendapati adanya celah dari pertahanan Jeno, Mark langsung mengarahkan servis ke area yang sulit dijangkau. Berhasil! Giliran Mark yang bersorak riang. "Oh, sayang sekali. Kalau kau mendekatinya, itu sama saja dengan menggoda kekasih orang."

"Kau lupa kalau Renjun itu istriku?" Jeno sudah tidak berniat untuk melanjutkan permainan. Ia berjalan ke arah tribun dan mendudukkan diri di sana. Mark mengikutinya.

"Dia memang istrimu, tujuh tahun yang lalu. Sekarang mungkin hanya kau yang menganggap status kalian masih sama. Lagipula Renjun juga hilang ingatan kan? Jalanmu akan susah Jen."

Jeno meneguk air di botol minumnya sampai habis setengah. "Aku tahu. Tapi aku juga tidak mau hanya berdiam diri. Meskipun nantinya Renjun tidak bisa mencintaiku lagi, tapi setidaknya dia bisa menerima Jisung sebagai anaknya. Aku melakukan ini demi anak kami."

Terkadang, Mark merasa kagum dengan kedewasaan Jeno. Sejak mengenal laki-laki itu di universitas, tidak pernah Mark melihat Jeno memaksakan kehendaknya. Jeno begitu baik dalam memperlakukan orang-orang di sekitarnya.

"Mark, seandainya waktu itu aku tidak pulang terlambat, pasti Renjun masih menjadi istriku sekarang. Kami tidak akan terpisah lalu menjadi orang asing begini. Dan Jisung bisa merasakan sebuah keluarga yang utuh," khayal Jeno dengan nada penuh penyesalan.

"Jangan pernah menyalahkan takdir. Mungkin perjalanan kalian memang tidak mudah. Tapi aku yakin Tuhan sudah menyiapkan akhir kisah yang indah untuk kalian berdua," hibur Mark seraya menepuk bahu Jeno.

BE MY HOME | Noren Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang